BeritaJawa Barat

Gebyar Kuda Kepang Mengguncang Cilacap: Tradisi Tunas Mekar Budaya Hidup Kembali di Desa Sampang

390
×

Gebyar Kuda Kepang Mengguncang Cilacap: Tradisi Tunas Mekar Budaya Hidup Kembali di Desa Sampang

Sebarkan artikel ini
Gebyar Kuda Kepang Mengguncang Cilacap: Tradisi Tunas Mekar Budaya Hidup Kembali di Desa Sampang

Gebyar Kuda Kepang Mengguncang Cilacap, Tradisi Tunas Mekar Budaya Hidup Kembali, di Desa Sampang,

Cilacap | DETIKREPORTASE.COM

Suasana magis dan penuh semangat menyelimuti Dusun Tinggir RT 001 RW 014, Desa Karangjati, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, pada Rabu, 10 Juli 2025. Di bawah langit sore yang cerah, dentuman gamelan dan teriakan semangat penonton mengiringi para penari dalam pagelaran seni tradisional Kuda Kepang.Kegiatan yang digelar oleh kelompok seni Tunas Mekar Budaya pimpinan Surono ini menjadi bagian dari gerakan nguri-uri budaya atau pelestarian kesenian lokal yang mulai terpinggirkan oleh zaman. Acara ini bukan sekadar hiburan, melainkan ekspresi cinta terhadap warisan budaya leluhur yang terus diperjuangkan eksistensinya.

Menjaga Tradisi Lewat Gerakan dan Musik Sakral

Kuda Kepang—atau dikenal juga sebagai *Jaran Kepang*—merupakan kesenian yang menyatukan unsur tarian, musik, spiritualitas, dan nilai-nilai keberanian. Dalam pertunjukan ini, para penari menunggang kuda tiruan dari anyaman bambu atau rotan, lalu menampilkan gerakan yang menggambarkan kekuatan, ketangkasan, dan keberanian dalam pertempuran.Diiringi alunan musik tradisional berupa gamelan, kendang, gong, dan suling, gerakan para penari semakin hidup. Beberapa di antaranya bahkan terlihat seperti kerasukan, seolah-olah roh kuda mengendalikan tubuh mereka. Kondisi ini lazim terjadi dalam Kuda Kepang, sebagai bagian dari sisi spiritual yang menyatu dengan kesenian tersebut.

“Kami ingin membuktikan bahwa tradisi ini belum mati. Kuda Kepang adalah kekayaan budaya yang tak boleh hilang begitu saja. Ini bukan sekadar hiburan, tapi juga perwujudan nilai keberanian, kekompakan, dan penghormatan pada leluhur,” ujar Surono, pimpinan kelompok Tunas Mekar Budaya.

Antusiasme Warga dan Harapan ke Pemerintah

Pagelaran Kuda Kepang kali ini disambut antusias oleh warga dari berbagai lapisan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mereka memadati lokasi pertunjukan sejak siang, membawa bekal dan alas duduk untuk menikmati setiap gerakan para penari.Kehadiran kelompok lain seperti Gebyar Kuda Lumping pimpinan Kunta Dewa turut menyemarakkan suasana. Dengan pakaian khas berwarna mencolok dan gerakan berenergi tinggi, mereka berhasil memukau penonton dan menciptakan suasana yang menggugah semangat kebersamaan.

“Kami berharap Pemerintah Kabupaten Cilacap bisa memberikan perhatian lebih kepada kelompok-kelompok seni tradisional seperti ini. Bukan hanya sebagai pelestarian budaya, tapi juga pemberdayaan ekonomi lokal,” ungkap Kunta Dewa kepada DetikReportase.com.

Ia menekankan pentingnya dukungan dalam bentuk pelatihan, dana operasional, hingga kesempatan tampil dalam agenda resmi tingkat kabupaten maupun nasional.

Mengenalkan Warisan Budaya kepada Generasi Muda

Selain sebagai bentuk pelestarian, acara ini juga menjadi ruang edukasi budaya bagi generasi muda. Anak-anak dan remaja di sekitar Dusun Tinggir diajak menyaksikan dan bahkan terlibat dalam beberapa sesi latihan tari sebelum pertunjukan dimulai.“Ini bentuk regenerasi. Kalau anak-anak tidak diajak kenal budaya sejak dini, siapa lagi yang akan meneruskan?” kata Surono.

Ia menambahkan bahwa kelompoknya juga rutin mengadakan pelatihan mingguan di balai desa, terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar seni Kuda Kepang, baik dari segi tari, musik pengiring, hingga filosofi budaya di baliknya.

Salah satu remaja peserta latihan, Riyan (15), mengaku senang bisa ikut tampil meski hanya pada sesi pembuka. “Saya bangga bisa tampil di depan warga. Latihan dua minggu terakhir ini berat, tapi senang karena bisa ikut melestarikan budaya sendiri,” ucapnya.

Kuda Kepang, Simbol Perlawanan Budaya Lokal

Kuda Kepang tak sekadar pertunjukan seni, tetapi juga simbol dari kekuatan budaya lokal dalam menghadapi arus modernisasi yang kian deras. Di tengah dominasi budaya populer, kesenian seperti ini hadir sebagai pengingat akan identitas dan akar sejarah masyarakat Jawa.Dengan semangat gotong royong, para seniman lokal seperti Surono dan Kunta Dewa membuktikan bahwa tradisi masih memiliki ruang dalam kehidupan masyarakat hari ini. Tinggal bagaimana pemerintah, dunia pendidikan, dan media ikut mendorong agar tradisi ini tak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.

Kegiatan Gebyar Kuda Kepang di Desa Sampang menjadi bukti bahwa dengan semangat dan kerja bersama, seni tradisional dapat kembali bersinar. Masyarakat pun berharap kegiatan serupa bisa diadakan secara rutin, dengan dukungan lebih luas dari berbagai pihak, khususnya Pemkab Cilacap dan Dinas Kebudayaan setempat.

✍️ Nur Arifin | detikreportase.com | Cilacap – Jawa Tengah

DETIKREPORTASE.COM : Suara Budaya Tak Akan Pernah Padam!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250