BeritaJawa Tengah

Gebyar Budaya Meriahkan Penutupan Suran di Mrenek: Kuda Lumping Bangkit, Tradisi Jawa Dihidupkan Kembali

369
×

Gebyar Budaya Meriahkan Penutupan Suran di Mrenek: Kuda Lumping Bangkit, Tradisi Jawa Dihidupkan Kembali

Sebarkan artikel ini
Budaya Meriahkan Penutupan Suran di Mrenek: Kuda Lumping Bangkit, Tradisi Jawa Dihidupkan Kembali

Warga Gelar Tasyakuran dan Pementasan Seni Tradisional

CILACAP | DETIKREPORTASE.COM – Dalam semangat tasyakuran dan pelestarian budaya, warga Desa Mrenek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, menggelar acara **Gebyar Budaya Suran** pada Minggu malam (21/07/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari penutupan rangkaian tradisi Suran yang diselenggarakan secara turun-temurun di wilayah tersebut.Masyarakat tumpah ruah memadati lapangan desa demi menyaksikan pentas Seni Kuda Lumping “Cipta Budaya” pimpinan Bapak Hadi Waluyo, yang selama ini konsisten memperjuangkan keberlangsungan budaya tradisional Jawa.

Acara tersebut bukan sekadar hiburan, namun menjadi bentuk syukur bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki, keamanan, dan kesejahteraan warga. Sekaligus, ini menjadi momentum menghidupkan kembali kesenian kuda lumping yang sempat nyaris punah di wilayah Cilacap bagian selatan.

Kuda Lumping Kembali Menggema di Tanah Jawa

Pertunjukan kuda lumping malam itu berlangsung megah dan membangkitkan nostalgia. Gerak dinamis para penari, iringan gamelan tradisional, serta nuansa mistis yang menyatu dengan semangat gotong royong warga menjadikan acara tersebut terasa sakral sekaligus menghibur.Dalam sambutannya, pimpinan kelompok seni Cipta Budaya, Bapak Hadi Waluyo, menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan masyarakat dan tekadnya untuk terus menghidupkan kesenian tradisional yang mulai ditinggalkan generasi muda.

> “Kuda lumping bukan sekadar tontonan, ini adalah warisan leluhur yang menyimpan nilai-nilai spiritual, keberanian, dan kebersamaan. Sudah saatnya kita angkat lagi budaya ini agar anak cucu kita tahu dan bangga akan jati dirinya,” ujarnya dengan suara lantang yang disambut tepuk tangan warga.

Kelompok Cipta Budaya tampil dengan totalitas, lengkap dengan unsur atraksi trance (kesurupan), makan beling, hingga debus yang semakin menambah kemeriahan malam budaya itu.

Sinden Ega Karisma Ajak Kaum Muda Rawat Budaya Jawi

Tak hanya kuda lumping, malam gebyar budaya juga dimeriahkan oleh kehadiran **sinden muda Ega Karisma**, seorang pelestari budaya Jawa yang dikenal tekun dan konsisten di panggung-panggung rakyat.Dengan suara merdu dan gaya bertutur yang khas, Ega membawakan sejumlah tembang klasik Jawa di sela-sela penampilan kuda lumping. Ia pun tak lupa menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda yang hadir malam itu.

> “Budaya Jawi adalah warisan agung. Kalau bukan kita yang muda-muda ini yang rawat, siapa lagi? Jangan malu mencintai budaya sendiri,” ungkapnya, yang langsung disambut sorak-sorai antusias dari para remaja desa.

Menurut Ega, seni tradisional seperti kuda lumping, tembang Jawa, dan gamelan, adalah bentuk kearifan lokal yang tak ternilai. Ia berharap melalui acara seperti ini, kesenian tradisional kembali mendapatkan tempat di hati masyarakat dan generasi penerus.

Tasyakuran sebagai Wujud Syukur dan Kekuatan Sosial

Acara malam itu ditutup dengan doa bersama dan pembagian makanan tasyakuran kepada seluruh tamu yang hadir. Tua, muda, anak-anak, hingga para sesepuh desa berkumpul dalam suasana penuh kehangatan.Tasyakuran ini tak hanya menjadi bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga menjadi sarana mempererat tali persaudaraan antarwarga. Tradisi Suran yang diisi dengan nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya menjadi kekuatan tersendiri dalam menjaga keharmonisan masyarakat desa.

Kepala Desa Mrenek yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak, termasuk kelompok seni Cipta Budaya dan sinden Ega Karia, yang telah menghidupkan kembali panggung budaya lokal.

> “Semoga tradisi ini terus berlanjut, dan budaya kita tetap lestari di tengah arus modernisasi. Terima kasih kepada seluruh warga yang telah menjaga harmoni desa ini melalui budaya,” ucapnya.

Gebyar budaya Suran di Mrenek membuktikan bahwa budaya bukan sekadar masa lalu yang usang, melainkan denyut hidup masyarakat yang masih relevan dan bermakna hingga hari ini.

✍️ Nur | detikreportase.com | Cilacap – Jawa Tengah
DETIKREPORTASE.COM : Budaya Dijaga, Bangsa Bermartabat, Jawa Tetap Jaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250