Ketika Tentara Menjadi Guru di Kelas Sederhana
PAPUA BARAT | DETIKREPORTASE.COM – Dalam kesunyian hutan dan deru angin pegunungan Distrik Kramomongga, Papua Barat, terdengar suara riang anak-anak membaca huruf demi huruf di ruang kelas kayu SD Inpres Krawargef. Suara itu dipandu oleh bukan guru biasa—tetapi oleh seorang prajurit TNI dari **Pos Kramomongga Satgas Pamtas Kewilayahan RI-PNG Yonif 642/Kps**. Berbekal semangat pengabdian dan cinta tanah air, para personel Yonif 642/Kps hadir sebagai tenaga pendidik (Gadik) bagi anak-anak di wilayah terpencil tersebut. Kegiatan ini bukan sekadar perbantuan sementara, melainkan menjadi agenda rutin dalam program pembinaan teritorial yang menyentuh langsung jantung masyarakat.
Mereka mengajar membaca, menulis, berhitung, hingga membimbing siswa mengenal nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan. Semua dilakukan dengan hati yang tulus dan tekad kuat untuk mencerdaskan anak bangsa, di mana pun mereka berada—termasuk di pelosok yang tak selalu terjangkau guru ASN.
“Setiap pagi kami bergiliran hadir di sekolah untuk mendampingi proses belajar. Ini bagian dari tugas kami menjaga masa depan bangsa melalui pendidikan,” tutur Danpos Kramomongga, sambil tersenyum menatap para siswa yang kini semakin percaya diri membaca di depan kelas.
Membawa Harapan di Tengah Keterbatasan
Kondisi SD Inpres Krawargef jauh dari kata ideal. Beberapa ruang kelas berdinding papan lapuk, meja kursi seadanya, dan buku pelajaran masih terbatas. Namun, semangat belajar anak-anak tak pernah surut. Di sinilah kehadiran TNI menjadi energi baru. Selain mengajar, para anggota Pos Kramomongga juga membantu perbaikan fasilitas sederhana, mencat dinding kelas, hingga membawa buku-buku bacaan dari pos mereka. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, mereka mengadakan lomba kecil dan kegiatan outbond untuk memompa semangat belajar.
Sersan Dua Rudi, salah satu personel yang rutin mengajar, mengaku merasa bangga bisa terlibat langsung dalam proses pendidikan di wilayah perbatasan.
> “Awalnya mereka pemalu, sulit membaca. Tapi sekarang mereka semangat kalau kami datang. Mereka mulai berani maju ke depan dan menjawab soal. Itu kebahagiaan luar biasa bagi kami,” ucap Rudi, yang pernah juga bertugas di wilayah Kalimantan.
Tak hanya siswa, para guru dan kepala sekolah pun menyambut baik sinergi ini. Mereka menyebut kehadiran prajurit sebagai bentuk nyata dari dukungan negara yang merangkul semua lapisan masyarakat, termasuk di pelosok yang sering terabaikan.
Pendidikan dan Nasionalisme Sejak Dini
Kegiatan Gadik ini bukan sekadar kegiatan belajar mengajar biasa. Ada misi yang lebih dalam—yaitu menanamkan cinta tanah air dan nilai-nilai kebangsaan sejak dini. Melalui pendekatan humanis, para prajurit tak hanya mengajar, tapi juga menjadi panutan dan sahabat bagi anak-anak. Mereka sering kali bercerita tentang perjuangan pahlawan, pentingnya menjaga persatuan, dan bagaimana setiap anak Papua memiliki peran penting bagi masa depan Indonesia.
“Kami ingin anak-anak ini tumbuh dengan bangga sebagai bagian dari NKRI. Pendidikan adalah senjata utama untuk itu. Kami hadir agar mereka merasa diperhatikan, dibimbing, dan dicintai,” jelas Danpos.
Setiap kegiatan di kelas selalu ditutup dengan salam kebangsaan dan menyanyikan lagu-lagu nasional. Bagi para prajurit, inilah momen yang membekas: melihat anak-anak Papua menyanyikan Indonesia Raya dengan tegak, lantang, dan bangga.
Menjawab Panggilan Pengabdian di Tanah Mutiara Hitam
Bagi Yonif 642/Kps, tugas di perbatasan bukan sekadar menjaga keamanan, tetapi juga menjaga harapan. Dalam konteks Papua Barat, harapan itu dimulai dari pendidikan. Kegiatan Gadik di SD Inpres Krawargef menjadi salah satu bukti bahwa TNI tak hanya memanggul senjata, tapi juga memikul tanggung jawab sosial untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Masyarakat di Distrik Kramomongga kini memandang TNI bukan sekadar aparat berseragam loreng, tetapi juga bagian dari keluarga besar yang hadir dalam suka dan duka mereka. Anak-anak pun mulai bercita-cita menjadi tentara bukan karena gagahnya, tapi karena mereka ingin juga menjadi guru seperti “Om Tentara” yang sabar dan penuh kasih.
> “Saya mau jadi tentara biar bisa ajar anak-anak juga,” ucap Jefri, siswa kelas 4 dengan mata berbinar.
Langkah kecil ini mungkin tak terdengar gemuruh di kota besar, tapi di pedalaman Papua, inilah getaran pengabdian yang membentuk masa depan.
✍️ Tim | detikreportase.com | Kramomongga – Papua Barat
DETIKREPORTASE.COM : Polisi Humanis, Pers Profesional, Indonesia Terang


