Ribuan Penonton Padati Taman Giri Menang
LOMBOK BARAT | DETIKREPORTASE.COM – Sore itu, Rabu (28/8/2025), ribuan warga tumpah ruah memenuhi tribun amphitheatre Taman Giri Menang, Kota Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Mereka rela berdesak-desakan demi menyaksikan salah satu atraksi budaya paling bergengsi di Pulau Lombok: Festival Peresean 2025. Peresean adalah tradisi Suku Sasak, berupa adu ketangkasan antara dua pepadu—sebutan untuk petarung—yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan perisai kulit kerbau tebal (ende). Dentuman rotan yang membentur tameng kulit, teriakan penonton, hingga sorak-sorai pendukung menjadikan sore itu penuh energi dan adrenalin.
Festival ini digelar sejak 23 Agustus dan akan berakhir 30 Agustus 2025, sebagai rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Indonesia. Dengan tema “Belage Pepadu Angoh, Betukah Tatu Saling Kemos” (pertandingan kesatria sakti, bertukar luka lalu saling tersenyum), event ini memperebutkan Piala Bupati Lombok Barat serta total hadiah Rp26,5 juta.
Wamen dan Bupati Turun Menyemangati
Hari ke-6 festival terasa istimewa. Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi hadir langsung bersama Bupati Lombok Barat, Lalu Ahmad Zaini. Keduanya duduk di barisan depan, menikmati laga empat ronde yang mempertemukan generasi muda pepadu dari berbagai kabupaten di Pulau Lombok. Tidak sekadar menonton, keduanya juga sempat turun ke arena, menari bersama di tengah lapangan laga sebagai bentuk dukungan. Adegan itu sontak disambut riuh tepuk tangan penonton.
“Peresean yang saya saksikan sangat keras. Para pepadu benar-benar berani dan pantang menyerah,” ujar Viva Yoga kepada wartawan usai pertandingan. Ia tampak kagum pada semangat para petarung muda yang bertarung gigih meski tubuh mereka berbekas cambukan rotan.
Nilai Sportivitas di Balik Luka
Bagi Wamen Viva, yang membuat Peresean unik bukan hanya kerasnya adu ketangkasan, tetapi juga nilai sportivitas yang menyertainya. “Meski mereka bertarung dengan keras, setelah selesai mereka tetap guyub, tertawa bersama, dan saling berjabat tangan. Sportivitas dan fair play ada di peresean. Selepas pertandingan, semua damai, penonton pun bubar dengan tertib,” ucapnya.
Nilai-nilai inilah, menurutnya, yang penting diwariskan kepada generasi muda: keberanian, keteguhan, dan semangat pantang menyerah, namun tetap menjaga harmoni dan persaudaraan.
Warisan Budaya, Daya Tarik Wisata
Festival Peresean mendapat apresiasi tinggi dari Viva Yoga. Ia menyebut event ini bukan sekadar tontonan, melainkan warisan budaya yang harus dilestarikan. “Ini kekayaan lokal yang harus dipelihara dan dikembangkan. Peresean juga bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Lombok,” ungkapnya.
Ia pun memberikan doa dan dukungan kepada Bupati Lalu Ahmad Zaini agar terus membawa Lombok Barat menuju kemajuan. “Bapak bupati ini sangat luar biasa, semoga beliau bisa membawa kabupaten yang dipimpinnya maju, berkembang, dan sejahtera,” ujarnya penuh harap.
Bagi masyarakat Sasak, peresean memang lebih dari sekadar pertarungan fisik. Ia adalah simbol harga diri, semangat kesatria, serta cara menjaga keseimbangan sosial dalam komunitas. Dan sore itu, di Taman Giri Menang, semangat itu tampak nyata di wajah setiap pepadu, penonton, dan pemimpin daerah yang ikut larut dalam suasana.
✍️ Tim | detikreportase.com | Lombok Barat – Nusa Tenggara Barat
DETIKREPORTASE.COM : Budaya Hidup, Generasi Kuat, Harmoni Terjaga


