BeritaNusa Tenggara Timur

Yayasan PAPHA Latih 40 Pengurus TPKJM Tangani Kesehatan Jiwa di Sikka

382
×

Yayasan PAPHA Latih 40 Pengurus TPKJM Tangani Kesehatan Jiwa di Sikka

Sebarkan artikel ini

Pelatihan Dua Hari di Maumere

SIKKA | DETIKREPORTASE.COM – Yayasan Payung Perjuangan Humanis (PAPHA) Indonesia menggelar pelatihan **Pertolongan Pertama Penemuan Kasus dan Sistem Rujukan Kesehatan Jiwa (Keswa)** kepada 40 pengurus Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) dari lima kecamatan di Kabupaten Sikka. Kegiatan yang berlangsung dua hari, Rabu–Kamis (27–28/8/2025), dipusatkan di Aula Biara Kamilus Maumere. Peserta berasal dari Kecamatan Alok, Alok Timur, Nelle, Kangae, dan Kewapante. Dua fasilitator dihadirkan, yakni dr. Petrus Agustinus Sega Seda, MM, Sp.KJ yang memaparkan mekanisme rujukan Keswa lintas sektor, serta Erfenty Amijanti, A.Md.Keb yang membawakan materi skrining kesehatan jiwa dengan role play.

Fakta Kesehatan Jiwa di Sikka

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, melalui Kabid SDM Kesehatan Margaretha Endang, S.S.ST, membuka kegiatan dengan memaparkan data terbaru. Pada tahun 2024, tercatat **1.220 Orang dengan Disabilitas Psikososial (ODDP)**, dengan 1.045 orang di antaranya masuk kategori berat. > “Masih ada 471 ODDP berat atau 45,10 persen yang belum mendapatkan layanan kesehatan standar. Bahkan masih ditemukan 48 kasus pasung, baik rumah aman maupun pasung kayu,” jelas Endang.

Ia juga menyebut kasus bunuh diri di Sikka pada 2024 mencapai 12 kasus. Sementara hasil skrining kesehatan jiwa terhadap 21.205 warga usia 15 tahun ke atas menemukan 848 orang atau sekitar 4 persen mengalami masalah kejiwaan.

Endang menyoroti lima persoalan utama yang membuat penanganan kesehatan jiwa di Sikka terhambat, mulai dari stigma bahwa ODDP dianggap “orang terkutuk”, minimnya pengetahuan masyarakat, fasilitas yang belum memadai, keterbatasan anggaran, hingga lemahnya koordinasi lintas sektor.

Peran TPKJM dan Dukungan Lintas Sektor

Emilianus Soge dari Yayasan PAPHA menegaskan bahwa TPKJM merupakan amanat Undang-Undang Kesehatan yang berperan dalam empat aspek: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. > “TPKJM diharapkan menjadi wadah yang sah untuk mengatasi persoalan kesehatan jiwa di masyarakat. Namun kapasitas pengurus masih terbatas, sehingga perlu penguatan melalui pelatihan agar efektif,” kata Emil.

Pelatihan ini menjadi momentum untuk memperkuat kerja sama lintas sektor. Dokter Sega dalam materinya menekankan pentingnya koordinasi antara desa, kecamatan, dinas sosial, puskesmas, hingga aparat keamanan dalam mekanisme rujukan.

Trisna, tenaga kesehatan dari Puskesmas Waepare, mengaku pelatihan ini sangat membantu.

> “Kami sering kewalahan menghadapi pasien yang lagi ngamuk. Kerja sama lintas sektor sangat dibutuhkan agar terapi dan pengobatan bisa berjalan lebih baik,” ujarnya.

Program BERSAHAJA untuk Flores

Yayasan PAPHA merupakan bagian dari Konsorsium bersama Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat (JPM) Kupang dan Yayasan Ayo Indonesia Manggarai. Didukung CBM Global Disability Inclusion Indonesia dan Australian Aid, konsorsium ini menjalankan program **BERSAHAJA (Bersama untuk Flores yang Sehat Jiwa)** di Sikka dan Manggarai. Program ini hadir untuk mengatasi tingginya angka ODDP, mengurangi pasung, sekaligus memperkuat layanan Keswa hingga ke desa-desa. Dengan adanya TPKJM yang terlatih, diharapkan masyarakat yang mengalami gangguan jiwa maupun keluarganya tidak lagi merasa sendiri dalam menghadapi stigma dan keterbatasan layanan.

✍️ Yuven Fernandez | detikreportase.com | Sikka – NTT

DETIKREPORTASE.COM : Suara Humanis, Mengawal Isu Kesehatan Jiwa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250