SIKKA,DETIKREPORTASE.COM—
Umat Katolik di seluruh dunia memperingati Kamis Putih, 17 April 2025, sebagai awal Tri Hari Suci yang berlangsung hingga Sabtu Suci. Peringatan ini menjadi momentum reflektif yang menyoroti dua tindakan penting Yesus: Perjamuan Malam Terakhir dan pembasuhan kaki para murid-Nya.
Perayaan Ekaristi Kamis Putih di Stasi Santa Theresia Urung Pigang, Paroki Santa Maria Magdalena Nangahure, Keuskupan Maumere, dipimpin oleh Pastor Pater Willem Lae, CP. Dalam homilinya, Pater Willem menekankan makna mendalam dari dua peristiwa tersebut.
“Pada Kamis Putih, kita mengenang dua peristiwa penting: Yesus mengadakan Perjamuan Malam Terakhir dan membasuh kaki para murid-Nya sebagai bentuk kasih, kerendahan hati, dan pelayanan,” ujar Pater Willem.
Liturgi Dimeriahkan OMK, Umat Membludak
Perayaan liturgi semakin khusyuk dengan kehadiran paduan suara dari Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Santa Theresia Urung Pigang. Para ‘rasul’ dalam ritus pembasuhan kaki dipilih dari perwakilan lingkungan, mencerminkan semangat kebersamaan umat.
Antusiasme umat terlihat jelas. Kursi-kursi dalam gereja hingga di luar ruangan penuh sesak, bahkan sebagian umat harus berdiri karena tidak mendapat tempat duduk. Situasi ini menggambarkan semangat iman yang luar biasa sejak perayaan Minggu Palma hingga Paskah mendatang.
Makna Mendalam dari Tindakan Yesus
Pater Willem menjelaskan bahwa pembasuhan kaki adalah simbol kerendahan hati Yesus dan teladan pelayanan yang tulus.
“Dengan membasuh kaki murid-Nya, Yesus mengajarkan kasih tanpa pamrih. Ia ingin kita juga saling melayani dengan kasih dan rendah hati,” tegasnya.
Sementara itu, Perjamuan Malam Terakhir menandai awal penderitaan Yesus. Ia rela ditangkap, disalibkan, dan wafat demi keselamatan umat manusia.
“Pengorbanan-Nya adalah puncak cinta kepada Allah dan kepada kita semua,” ujar Pastor Willem.
Ajakan untuk Meneladani Yesus dalam Kehidupan Sehari-hari
Menutup homilinya, Pater Willem mengajak umat meneladani Yesus dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan nyata di dalam keluarga.
“Mari kita membasuh kaki satu sama lain—suami membasuh kaki istri, istri membasuh kaki suami—sebagai wujud kasih, kerendahan hati, dan kedamaian. Seperti sabda Yesus: Hendaklah kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu,” pungkasnya.
✍️ Stefanus Keban | detikreportase.com| NTT
detikreportase.com — Mencerahkan, Menyuarakan Fakta


