BeritaNusa Tenggara Timur

Pembukaan Bulan Rosario di Stasi Santa Theresia Urung Pigang Diawali dengan Misa Kudus

362
×

Pembukaan Bulan Rosario di Stasi Santa Theresia Urung Pigang Diawali dengan Misa Kudus

Sebarkan artikel ini

Makna Bulan Rosario dalam Tradisi Gereja Katolik

SIKKA | DETIKREPORTASE.COM – Bulan Oktober setiap tahunnya memiliki makna istimewa bagi umat Katolik di seluruh dunia. Bulan ini dikenal sebagai Bulan Rosario, waktu khusus untuk menghormati Bunda Maria dan merenungkan kekuatan doa Rosario sebagai jalan pengantaraan kepada Allah. Penetapan Oktober sebagai Bulan Rosario berawal dari peristiwa bersejarah Pertempuran Lepanto pada 7 Oktober 1571, ketika pasukan Katolik memenangkan pertempuran setelah memanjatkan doa Rosario. Sebagai ungkapan syukur, Paus Pius V menetapkan tanggal tersebut sebagai Peringatan Rosario Suci, yang kemudian ditegaskan oleh Paus Gregorius XIII sebagai Hari Raya Rosario Suci.

Sejak saat itu, Gereja Katolik di seluruh dunia mempersembahkan bulan Oktober sebagai waktu devosi khusus kepada Maria. Bahkan pada abad ke-19, Paus Leo XIII menegaskan doa Rosario sebagai “doa yang paling istimewa” dan mengajak umat untuk mendoakannya secara tekun. Tahun 2025 ini, Paus Leo XIV kembali menyerukan agar umat Katolik mendoakan Rosario dengan intensi khusus untuk perdamaian dunia, baik dalam keluarga, komunitas, maupun secara pribadi.

Doa Rosario bukan sekadar rangkaian doa, tetapi menjadi cara umat merenungkan misteri hidup Kristus bersama Maria. Dalam setiap butir doa, umat diajak menghidupi nilai iman, harapan, dan kasih yang bersumber dari kehidupan Yesus Kristus. Karena itu, Bulan Rosario menjadi momentum memperdalam spiritualitas dan memperkuat ikatan batin antarumat beriman.

Misa Pembukaan di Stasi Santa Theresia Urung Pigang

Mengawali Bulan Rosario tahun 2025, umat Stasi Santa Theresia Urung Pigang, Paroki Santa Maria Magdalena Nangahure, Keuskupan Maumere, menggelar Misa pembukaan Bulan Rosario dengan penuh khidmat. Misa kudus dipimpin oleh Pater Polce, CP, dan liturginya ditanggung oleh Lingkungan Santo Mikhael. Suasana perayaan Ekaristi berlangsung penuh sukacita dan kekhidmatan. Umat dari berbagai lingkungan hadir memenuhi gereja Stasi, mengenakan busana adat sederhana dan membawa Rosario di tangan masing-masing. Dalam homilinya, Pater Polce mengajak umat untuk meneladani kerendahan hati dan keteguhan iman Bunda Maria.

“Bulan Rosario bukan hanya waktu untuk berdoa, tetapi juga saat untuk meneladani sikap Maria yang selalu taat pada kehendak Allah. Melalui doa Rosario, kita diajak merenungkan kasih Allah yang hadir dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Pater Polce.

Usai perayaan Ekaristi, umat melaksanakan perarakan Arca Bunda Maria menuju Lingkungan Santa Felisitas. Prosesi tersebut berlangsung dengan penuh hormat, diiringi doa-doa, nyanyian pujian, dan lilin menyala yang menciptakan suasana teduh. Anak-anak, remaja, dan orang tua ikut berjalan bersama, memanjatkan doa Rosario sepanjang perjalanan dengan suara lembut dan penuh keikhlasan.

Perarakan Arca dan Devosi Umat yang Hidup

Sesampainya di Lingkungan Santa Felisitas, Arca Bunda Maria disambut dengan sapaan adat serta tarian tradisional yang menggambarkan sukacita iman umat. Arca kemudian ditaktahkan di tempat doa khusus sebagai pusat devosi selama beberapa hari ke depan. Selama Arca Bunda Maria berada di lingkungan tersebut, umat setiap malam mengadakan doa Rosario bersama. Nyanyian pujian, lilin-lilin yang menyala, dan suasana doa yang hening menciptakan nuansa rohani yang mendalam. Setiap keluarga berpartisipasi dengan antusias, mempersembahkan doa untuk keluarga mereka, umat paroki, dan bagi kedamaian dunia.

“Ini bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi saat untuk memperbarui relasi kita dengan Bunda Maria. Doa Rosario meneguhkan iman kita dan menguatkan persaudaraan antarumat,” tutur salah satu tokoh umat di lingkungan tersebut.

Devosi kepada Bunda Maria menjadi sarana memperdalam iman umat sekaligus meneguhkan semangat pelayanan di tengah masyarakat. Bunda Maria, sebagai Bunda Pengantara, menjadi teladan bagi umat dalam menghidupi kasih dan pengabdian tanpa pamrih.

Pemberdayaan Pelayan Pastoral dan Arah Misi Gereja

Pada hari kedua rangkaian kegiatan, Tim 10 Pemberdayaan Pelayan Pastoral dari Stasi Santa Theresia Urung Pigang mengadakan sosialisasi pemberdayaan pelayan pastoral di tengah umat. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi evaluasi tengah tahunan 2025 Keuskupan Maumere yang menekankan pentingnya penguatan komunitas basis gerejawi sebagai fondasi kehidupan Gereja. Dalam sosialisasi tersebut, umat diajak memahami kembali makna pelayanan sebagai bentuk nyata kasih Kristus di tengah kehidupan sosial. Pelayan pastoral diharapkan mampu hadir di tengah umat, mendengarkan, membimbing, serta menumbuhkan iman melalui teladan hidup yang sederhana.

“Pelayanan Gereja tidak hanya berlangsung di altar, tetapi juga di ladang kehidupan sehari-hari. Setiap umat terpanggil menjadi pelayan kasih di keluarganya, di lingkungan kerja, dan di masyarakat,” demikian penjelasan salah satu anggota tim pastoral.

Kegiatan sosialisasi ini menegaskan bahwa devosi kepada Bunda Maria tidak berhenti pada doa, melainkan berbuah dalam tindakan nyata melalui karya pelayanan. Doa Rosario yang terus didaraskan setiap malam menjadi sumber kekuatan rohani bagi umat untuk menjalani tugas perutusan mereka.

Setelah rangkaian doa di Lingkungan Santa Felisitas, pada Sabtu, 4 Oktober 2025, Arca Bunda Maria diarahkan ke Lingkungan Santo Yosef untuk melanjutkan doa Rosario bersama umat di wilayah tersebut. Perpindahan ini menjadi simbol perjalanan iman yang terus menyala, dari satu komunitas ke komunitas lain, membawa damai dan berkat bagi seluruh umat.

✍️ Stefanus Keban | detikreportase.com | Sikka – Nusa Tenggara Timur
DETIKREPORTASE.COM : Iman yang Hidup, Doa yang Menyatukan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250