Pendidikan & Ilmu PengetahuanRefleksi dan Inspirasi

Saat Wapres Gibran Menyapa Anak NTT: Suara Guru Honorer dari Pedalaman Menggema

454
×

Saat Wapres Gibran Menyapa Anak NTT: Suara Guru Honorer dari Pedalaman Menggema

Sebarkan artikel ini

KUPANG |DETIKREPORTASE.COM–

“Pendidikan adalah kunci masa depan bangsa.” Kalimat itu diucapkan Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, saat mengunjungi SD Kaniti di Kupang Timur, Rabu, 7 Mei 2025. Dalam kunjungan tersebut, Wapres membagikan perlengkapan sekolah seperti tas, buku tulis, hingga laptop kepada para siswa.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian safari pendidikan Wapres Gibran di kawasan timur Indonesia untuk meninjau langsung kondisi pendidikan, khususnya di daerah terpencil. Di hadapan para guru dan pemerintah daerah, Wapres berdiskusi seputar tantangan serta peluang peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Teriakan Sunyi dari Pelosok Timor: Gaji Ratusan Ribu, Tanggung Jawab Sejuta Berat

Namun di balik suasana haru dan semangat dari kunjungan kenegaraan itu, terdapat realitas lain yang tak bisa diabaikan: jeritan hati guru-guru honorer di pedalaman Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang bertahan di tengah keterbatasan infrastruktur, akses transportasi, dan gaji yang menyayat nurani.

GT, seorang guru honorer yang telah mengabdi selama 13 tahun di salah satu SD pelosok Timor, dengan suara lirih mengungkapkan nasib yang kerap dipinggirkan. “Kami digaji hanya Rp300 ribu hingga Rp500 ribu per bulan. Itu pun tak cukup untuk biaya hidup, apalagi transportasi dan kebutuhan dasar lainnya,” katanya kepada DetikReportase.

Dengan pendapatan sebesar itu, GT dan rekan-rekannya harus menempuh medan berat, berjalan kaki hingga dua jam setiap hari demi mencerdaskan anak-anak bangsa. “Kami tetap semangat, meski dalam keterbatasan, karena anak-anak ini butuh guru. Tapi kami juga butuh diperhatikan,” tambahnya.

Dedikasi yang Tak Terbayar dan Harapan yang Tak Padam

Meski status mereka hanya honorer, tanggung jawab dan dedikasi mereka tak kalah dari guru berstatus PNS. “Kami punya tugas yang sama: mencerdaskan anak bangsa. Tapi kami sering dilupakan,” ucap GT.

Ia berharap, kunjungan Wapres Gibran bukan sekadar simbolis, tapi menjadi titik balik perhatian pemerintah terhadap nasib guru honorer, khususnya di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). “Kami tidak menuntut lebih, hanya berharap gaji layak dan fasilitas minimal untuk menunjang tugas kami.”

Refleksi: Saat Guru Menjadi Lentera dalam Gelapnya Ketimpangan

Cerita GT adalah cerminan perjuangan ribuan guru honorer di pelosok negeri. Bagaimana mungkin anak-anak di daerah terpencil bisa meraih pendidikan bermutu, jika guru-guru mereka tak diberdayakan?

Sudah waktunya negara hadir secara nyata—dengan regulasi, anggaran, dan perhatian—bukan hanya saat seremoni, tapi juga dalam keseharian para pejuang pendidikan di tapal batas negeri. Mereka bukan hanya mengajar, tapi menjadi harapan terakhir agar cahaya pengetahuan tetap menyala di ujung timur Indonesia.

✍️ Yohanes Tafaib | DetikReportase.com | Kupang, Nusa Tenggara Timur

DETİKREPORTASE.COM – Mengabarkan Pendidikan, Menyalakan Masa Depan Anak Negeri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250