BeritaJawa Tengah

Harmoni Budaya dan Gotong Royong: Hari Jadi Ke-35 Desa Padang Sari Dirayakan dengan Wayang Kulit

521
×

Harmoni Budaya dan Gotong Royong: Hari Jadi Ke-35 Desa Padang Sari Dirayakan dengan Wayang Kulit

Sebarkan artikel ini

Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk

CILACAP | DETIKREPORTASE.COM – Suasana hangat dan penuh kebersamaan mewarnai malam perayaan Hari Jadi Desa Padang Sari ke-35, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Selasa malam, 8 Oktober 2025. Warga dari berbagai dusun tumpah ruah di lapangan desa untuk menikmati pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dibawakan oleh Ki Dalang Bima Prasetiyo, dengan lakon berjudul Wahyu Mahkuto Romo.

Kegiatan ini menjadi wujud nyata semangat warga dalam nguri-uri budaya Jawa, sekaligus meneguhkan nilai gotong royong dan persatuan di tengah perubahan zaman. Dalam balutan tembang gamelan dan alunan sinden, masyarakat larut dalam kisah pewayangan yang menggambarkan perjalanan panjang perjuangan dan kejayaan, seolah merefleksikan perjalanan Desa Padang Sari sendiri.

Kepala Desa Padang Sari, Mahruri, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas suksesnya kegiatan yang digagas oleh pemuda karang taruna bersama ibu-ibu PKK dan seluruh warga desa.

> “Saya bangga dan terharu melihat kekompakan masyarakat. Acara ini bukan hanya perayaan ulang tahun desa, tapi juga bentuk cinta terhadap budaya dan jati diri kita sebagai orang Jawa,” ujar Mahruri penuh semangat.

Momentum Kebersamaan dan Silaturahmi Warga

Perayaan Hari Jadi Desa Padang Sari tahun ini bukan sekadar acara seremonial. Lebih dari itu, menjadi ajang mempererat silaturahmi antarwarga, tokoh masyarakat, dan pemerintah desa. Antusiasme terlihat sejak sore hari, ketika warga mulai berdatangan membawa makanan untuk acara tumpengan bersama.

Hadir pula dalam kegiatan tersebut Camat Majenang, serta perwakilan dari Koramil Majenang yang turut memberikan apresiasi atas semangat masyarakat menjaga kekompakan dan melestarikan budaya daerah.

> “Desa Padang Sari menjadi contoh bagaimana masyarakat desa bisa bersatu dalam kebudayaan dan kemajuan. Ini modal sosial yang luar biasa untuk pembangunan ke depan,” ujar Camat Majenang dalam sambutannya.

Sementara itu, suasana semakin semarak ketika tokoh pemuda karang taruna mempersembahkan tarian pembuka khas Banyumasan sebelum pagelaran wayang dimulai. Anak-anak muda dan para remaja tampak bersemangat memeriahkan acara dengan pakaian tradisional, menandakan bahwa nilai-nilai budaya tidak hanya dimiliki generasi tua, tetapi juga diwariskan dengan bangga kepada generasi muda.

Desa yang Dulu Tertinggal, Kini Maju dan Mandiri

Lakon Wahyu Mahkuto Romo yang dibawakan Ki Dalang Bima Prasetiyo malam itu tak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarat makna simbolik bagi warga. Cerita tentang perjuangan meraih wahyu keadilan dan kemakmuran diibaratkan sebagai perjalanan panjang Desa Padang Sari yang dulu dikenal tertinggal, kini menjelma menjadi desa yang maju dan berkembang pesat.

Jalan-jalan desa kini mulus dan teraspal rapi, berbagai fasilitas publik telah dibangun, termasuk kehadiran SMK Almahata di Desa Padang Sari yang menjadi kebanggaan warga. Perekonomian warga pun meningkat, seiring berkembangnya sektor pertanian dan usaha mikro yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat.

> “Dulu desa kami masih jauh dari kata maju, tapi sekarang kami bisa bangga. Anak-anak bisa sekolah lebih tinggi, jalan-jalan bagus, dan kegiatan masyarakat hidup kembali. Semua ini berkat kerja sama dan dukungan warga,” ujar Mahruri dengan senyum bahagia.

Pernyataan itu diamini oleh banyak warga yang hadir malam itu. Mereka merasa bangga atas perubahan nyata yang terjadi di desanya. Tak sedikit yang berharap agar semangat gotong royong seperti saat perayaan ulang tahun desa ini terus dijaga agar kemajuan Desa Padang Sari tidak berhenti di tengah jalan.

Nguri-Uri Budaya di Tengah Arus Modernisasi

Dalam suasana masyarakat modern yang kian sibuk dengan dunia digital, upaya Desa Padang Sari melestarikan budaya tradisional melalui pagelaran wayang kulit menjadi langkah penting untuk menjaga identitas lokal.

Menurut salah satu tokoh masyarakat, Sutrisno, pagelaran wayang tidak hanya tentang hiburan, tetapi juga pendidikan moral dan sejarah bagi masyarakat.

> “Wayang itu sarana pendidikan. Di dalamnya ada pesan tentang kejujuran, kesetiaan, dan perjuangan. Kami ingin anak-anak muda mengenal dan mencintai budaya sendiri,” tuturnya.

Pementasan Wahyu Mahkuto Romo juga menjadi sarana refleksi bagi masyarakat untuk tetap rendah hati dan bersyukur atas kemajuan desa. Banyak warga yang menganggap lakon tersebut sebagai pengingat bahwa keberhasilan tidak lepas dari kerja keras bersama, bukan hanya hasil dari satu orang.

Menjelang tengah malam, suasana lapangan desa semakin syahdu. Lampu-lampu hias berkelap-kelip di sekitar panggung, anak-anak kecil duduk di pangkuan orang tuanya menyimak jalannya pertunjukan, sementara aroma kopi dan jagung bakar menambah hangat malam kebersamaan itu.

Harapan untuk Masa Depan Desa Padang Sari

Sebagai desa yang terus berkembang, Pemerintah Desa Padang Sari berkomitmen untuk melanjutkan program pembangunan yang berpihak kepada masyarakat. Mahruri menegaskan, peringatan hari jadi ke-35 ini menjadi momentum untuk menatap masa depan yang lebih maju tanpa melupakan akar budaya dan nilai-nilai kebersamaan.

> “Kami ingin menjadikan Desa Padang Sari sebagai desa yang mandiri, berbudaya, dan berdaya saing. Semua ini bisa terwujud jika masyarakat terus bersatu seperti hari ini,” tegasnya.

Perayaan berakhir menjelang dini hari dengan suasana penuh keharuan. Setelah lakon terakhir selesai, warga saling bersalaman dan berfoto bersama di depan panggung, menandakan berakhirnya malam budaya yang akan dikenang lama.

Di tengah arus modernisasi yang kadang menggerus nilai-nilai tradisional, Desa Padang Sari berhasil menunjukkan bahwa kemajuan dan kearifan lokal dapat berjalan beriringan. Semangat kebersamaan, cinta budaya, dan gotong royong menjadi kunci keberhasilan mereka menjaga warisan leluhur di tengah zaman yang terus berubah.

✍️ Tim | detikreportase.com | Cilacap – Jawa Tengah

DETIKREPORTASE.COM : Budaya Lestari, Desa Mandiri, Indonesia Harmoni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250