BeritaJawa Barat

Dikenal Sebagai ‘Jimat Ketertiban’, Jenderal Sigit Dipuji Ketua PBNU Saat Haul Buntet Pesantren

347
×

Dikenal Sebagai ‘Jimat Ketertiban’, Jenderal Sigit Dipuji Ketua PBNU Saat Haul Buntet Pesantren

Sebarkan artikel ini
Jimat Ketertiban', Jenderal Sigit Dipuji Ketua PBNU Saat Haul Buntet Pesantren

Kapolri Hadiri Haul di Buntet, Dapat Sambutan Hangat dari Tokoh Bangsa

CIREBON | DETIKREPORTASE.COM – Suasana khidmat dan penuh makna mewarnai peringatan Haul Pondok Buntet Pesantren Cirebon pada Sabtu, 2 Agustus 2025. Haul tersebut menjadi ajang silaturahmi akbar lintas tokoh agama dan negara, termasuk kehadiran istimewa Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo yang disambut hangat oleh para ulama, santri, dan tokoh nasional lainnya.

Di tengah acara yang sarat nilai spiritual dan kebangsaan tersebut, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menyampaikan apresiasi luar biasa terhadap peran Kapolri dalam menjaga keamanan nasional. Dengan gaya khas yang hangat dan bersahabat, Yahya menyebut kepemimpinan Jenderal Sigit sebagai “jimat ketertiban” di tengah masyarakat.

> “Kita semua mengalami bahwa di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ini, masyarakat mengalami keadaan relatif tentram, tertib, aman, sehingga seolah-olah Pak Listyo ini telah berfungsi sebagai jimat ketertiban dan keamanan,” tutur KH Yahya dalam sambutannya.

Pujian ini tak sekadar simbolis, melainkan lahir dari pengalaman nyata masyarakat yang merasakan stabilitas keamanan dalam beberapa tahun terakhir. Kinerja Polri di bawah Jenderal Sigit dinilai mampu menciptakan suasana yang kondusif, bahkan di tengah tantangan sosial dan politik yang kompleks.

Kedekatan dengan Tokoh Agama Jadi Kunci Keberhasilan

Menurut KH Yahya, salah satu kekuatan Jenderal Sigit adalah kemampuannya memahami dunia pesantren dan kultur keagamaan. Hal ini tak lepas dari pengalaman masa lalu sang jenderal saat bertugas di Yogyakarta—daerah yang dikenal sebagai pusat kebudayaan dan spiritualitas Jawa.

> “Pak Listyo ini pernah bertugas di Jogja, beliau tahu betul di Jogja banyak jimat-jimat yang disebut kiai,” ucap Yahya disambut tawa hangat para hadirin, menegaskan bahwa Jenderal Sigit mampu menjalin kedekatan emosional dengan para ulama.

Kedekatan inilah yang membuat sinergi antara Polri dan para tokoh agama berjalan harmonis. Dalam banyak kesempatan, Kapolri juga terbukti sering hadir di forum-forum keagamaan, menjalin komunikasi terbuka, serta mendukung kegiatan sosial-keagamaan di berbagai daerah.

Kehadiran Kapolri di Buntet Pesantren kali ini juga ditemani oleh tokoh nasional lainnya seperti Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer, dan para pengurus pusat NU. Momen ini tidak hanya menjadi peringatan keagamaan, tetapi juga simbol persatuan antara elemen negara dan masyarakat.

Pesantren Buntet Apresiasi Kontribusi Polri

Tak hanya dari PBNU, apresiasi kepada Kapolri juga datang langsung dari keluarga besar Buntet Pesantren. KH Adib Rofiuddin Izza, salah satu sesepuh pondok, secara terbuka mengucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungan dan kepedulian Polri terhadap pesantren dan masyarakat sekitar.

> “Terima kasih Pak Kapolri atas seluruh bantuannya, beliau berbaik hati,” ujar KH Adib saat memberikan sambutan.

KH Adib menegaskan bahwa keluarga besar pesantren ini meyakini peran Jenderal Sigit sebagai penjaga stabilitas bangsa. Ia menyebut bahwa negara yang aman dan damai adalah fondasi utama dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan beragama.

> “Kami di sini hanya menitipkan bangsa dan negara saja, tidak lebih dari itu,” ujarnya penuh harap.

Buntet Pesantren sendiri dikenal sebagai salah satu pondok tertua dan berpengaruh di Jawa Barat, menjadi tempat lahirnya banyak tokoh nasional dan ulama besar. Dukungan Kapolri terhadap dunia pesantren dipandang sebagai bentuk nyata dari komitmen Polri membangun relasi spiritual yang kokoh.

Kepemimpinan yang Merangkul dan Menenangkan

Dalam catatan publik, gaya kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo memang dikenal tegas namun tetap humanis. Ia beberapa kali menekankan bahwa penegakan hukum harus beriringan dengan pendekatan sosial dan komunikasi yang terbuka. Hal ini terlihat dari berbagai kebijakan Polri yang mendukung kegiatan lintas agama dan budaya, termasuk mengawal peringatan hari besar keagamaan di seluruh Indonesia.

Pujian dari Ketua PBNU dan tokoh pondok pesantren Cirebon menjadi cerminan bahwa Polri telah berhasil membangun kepercayaan di level akar rumput. Di tengah meningkatnya tantangan keamanan digital, konflik sosial, dan ancaman intoleransi, kehadiran figur pemimpin yang tenang dan berjiwa melayani sangat dibutuhkan.

> “Kita ini perlu jimat, tapi bukan jimat yang mistis. Kita butuh jimat yang bernama keteladanan,” ujar seorang santri dalam obrolan usai acara haul, yang menggambarkan bagaimana citra Kapolri menancap di hati masyarakat.

Haul Pondok Buntet bukan hanya soal mengenang ulama terdahulu, tetapi juga menjadi panggung moral bagi para pemimpin hari ini. Dan hari itu, sosok Jenderal Sigit berdiri bukan sebagai aparat negara semata, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar bangsa yang ingin melihat Indonesia tetap damai dan bersatu.

✍️ Michael | detikreportase.com | Cirebon – Jawa Barat
DETIKREPORTASE.COM : Polisi Humanis, Ulama Bijak, Rakyat Tenang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250