Kasus HIV/AIDS Terus Meningkat, Pemkab Tegaskan Keseriusan Penanganan
SIKKA | DETIKREPORTASE.COM – Pemerintah Kabupaten Sikka menegaskan komitmennya dalam mewujudkan target “Sikka Bebas AIDS 2030” melalui penerapan strategi penanggulangan HIV/AIDS yang terstruktur dan berkelanjutan. Hal ini disampaikan Wakil Bupati Sikka, Ir. Simon Subandi Supriadi, dalam konferensi pers bertajuk *“Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Sikka”* yang digelar di Ruang Kerja Wakil Bupati Sikka, Kamis, 27 November 2025.Dalam keterangannya, Wabup Simon mengungkapkan bahwa kasus HIV/AIDS di Kabupaten Sikka masih menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Penyebaran kasus bahkan telah ditemukan di seluruh wilayah kecamatan dan menyerang hampir semua kelompok usia serta lintas profesi.
“Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah. HIV/AIDS bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga persoalan sosial yang membutuhkan keterlibatan semua pihak,” ujar Simon di hadapan awak media.
Data Kumulatif: 1.225 Kasus Sejak 2003
Wakil Bupati Sikka memaparkan data kumulatif kasus HIV/AIDS di Kabupaten Sikka sejak tahun 2003 hingga Juli 2025. Berdasarkan data tersebut, total kasus tercatat sebanyak 1.225 kasus, dengan rincian HIV sebanyak 368 kasus dan AIDS mencapai 857 kasus.Dari jumlah tersebut, angka kematian akibat AIDS tercatat sebanyak 260 orang. Simon menegaskan bahwa angka ini menjadi alarm keras bagi semua pihak untuk memperkuat pencegahan dan penanganan sejak dini.
“Jika tidak ditangani secara serius dan menyeluruh, angka ini berpotensi terus meningkat,” tegasnya.
Berdasarkan faktor risiko penularan, hubungan heteroseksual menempati urutan tertinggi dengan 1.012 kasus. Disusul kelompok homoseksual sebanyak 135 kasus, penularan perinatal 51 kasus, tidak diketahui 23 kasus, serta penasun atau pengguna narkoba suntik sebanyak 4 kasus. Sementara itu, temuan kasus baru selama Januari hingga Juli 2025 tercatat sebanyak 35 kasus.
Kondisi Pengobatan dan Tantangan Kepatuhan
Wabup Simon juga memaparkan kondisi penanganan orang dengan HIV (ODHIV) di Kabupaten Sikka. Dari total 1.225 kasus, sebanyak 652 orang saat ini tercatat aktif menjalani pengobatan Antiretroviral (ARV).Dari jumlah tersebut, pemeriksaan Viral Load telah dilakukan terhadap 304 orang, dengan hasil virus tidak terdeteksi. Namun demikian, tantangan besar masih ditemukan pada tingkat kepatuhan pengobatan.
“Masih terdapat 96 orang yang masuk kategori lost to follow up atau mangkir dari pengobatan. Ini menjadi tantangan serius karena pengobatan HIV bersifat seumur hidup,” jelas Simon.
Ia menekankan bahwa ketidakpatuhan pengobatan tidak hanya berdampak pada kesehatan pasien, tetapi juga berisiko meningkatkan potensi penularan di masyarakat.
Strategi STOP untuk “Sikka Bebas AIDS 2030”
Untuk menekan laju penularan HIV/AIDS, Pemerintah Kabupaten Sikka menerapkan Strategi STOP, yakni Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan.Pada aspek Suluh, Simon menjelaskan pentingnya mengubah cara pandang masyarakat terhadap HIV/AIDS. HIV harus dipahami sebagai penyakit kronis yang dapat dikelola, bukan sebagai penyakit yang harus ditakuti atau distigmatisasi.
“Kita terus melakukan edukasi supaya masyarakat memahami cara penularan, pencegahan, dan pengobatan HIV. Edukasi ini harus dilakukan secara berkelanjutan hingga masyarakat benar-benar paham,” ujarnya.
Tahap Temukan dilakukan dengan mendorong masyarakat agar lebih sadar terhadap kondisi kesehatannya sendiri. Dengan memahami tanda dan gejala, warga diharapkan berani memeriksakan diri melalui prosedur medis yang tersedia.
Sementara Obati berarti memberikan pengobatan segera setelah seseorang terdiagnosis HIV, tanpa menunggu penurunan CD4. Pendekatan one day treatment diterapkan agar pasien segera mendapat terapi ARV.
Adapun Pertahankan menekankan pada komitmen jangka panjang. Karena pengobatan HIV berlangsung seumur hidup, risiko putus berobat atau mangkir menjadi perhatian utama pemerintah daerah.
Fokus Kelompok Rentan dan Kesiapan Fasilitas
Dalam upaya penanggulangan tersebut, Pemkab Sikka memberi perhatian khusus pada kelompok-kelompok rentan. Sasaran utama meliputi ibu hamil, populasi kunci, pasien TB, pasangan ODHIV yang wajib tes HIV, serta pemeriksaan HIV melalui Mobile VCT di Puskesmas.“Sosialisasi HIV/AIDS terus kami lakukan di berbagai kesempatan. Kami juga melibatkan masyarakat melalui organisasi Warga Peduli AIDS di desa dan kelurahan, serta melakukan distribusi kondom bagi populasi kunci dan kelompok berisiko,” tandas Simon.
Wabup Sikka yang didampingi Sekretaris KPA Yohanes Siga dan Kepala Dinas Kominfo Sikka Very Awales menyatakan bahwa kesiapan Pemkab Sikka menuju “Sikka Bebas AIDS 2030” didukung oleh sumber daya dan fasilitas yang memadai.
Fasilitas layanan meliputi Klinik VCT di Puskesmas dan Klinik CST di RSU Maumere, serta tenaga medis terlatih berupa dokter, perawat, tenaga laboratorium, dan konselor di rumah sakit maupun puskesmas.
“Setelah seluruh fasilitas disiapkan, kami mendorong masyarakat untuk tidak ragu memanfaatkan dan mengakses layanan yang tersedia. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat adalah kunci,” pungkas Simon.
✍️ Yuven Fernandez | detikreportase.com | Sikka – Nusa Tenggara Timur
DETIKREPORTASE.COM : Sikka Lawan AIDS, Data Jelas, Aksi Nyata


