KEFAMENANU |DETIKREPORTASE.COM –
Dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2025, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar berbagai lomba di tingkat SMA/SMK, salah satunya Lomba Perpustakaan Sekolah. SMA Negeri Binino, yang berlokasi di Desa Oenenu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kabupaten TTU, menjadi salah satu peserta yang dikunjungi langsung oleh tim penilai pada Senin, 29 April 2025.
Tim penilai yang hadir terdiri dari tiga tokoh penting dalam dunia pendidikan NTT, yakni Bapak Hilarius Sau, S.Pd., MM, Ibu Dra. Elvira Maria Ogom, dan Bapak Jukundus Toan, S.Pd. Mereka meninjau langsung fasilitas, sistem layanan, dan kegiatan literasi di Perpustakaan SMA Negeri Binino, sekaligus memberikan penilaian secara objektif terhadap kesiapan sekolah dalam mengelola perpustakaan sebagai jantung literasi.
Masih Manual, Tapi Semangat Literasi Tak Padam
Kepala Perpustakaan, Ibu Nina, S.Pd., mengakui bahwa sistem layanan perpustakaan di SMA Negeri Binino masih menggunakan sistem manual. “Kami masih melayani peminjaman buku secara manual, di mana setiap pengunjung mengisi buku kunjungan dan pencatatan peminjaman dilakukan dengan tulisan tangan,” jelas Nina kepada media ini.
Saat tim penilai menanyakan jumlah koleksi, sarana prasarana, serta pengelolaan buku rusak, Ibu Nina menjelaskan bahwa perpustakaan memiliki sejumlah buku pelajaran inti, referensi, kamus, ensiklopedia, dan beberapa tabloid pendidikan. “Kami terus berupaya melestarikan buku yang rusak dengan perbaikan sederhana dan menjaga kebersihan ruang baca,” tambahnya.
Tidak hanya soal teknis, tim penilai juga menanyakan apakah ada karya tulis yang dihasilkan oleh warga sekolah, seperti kliping siswa, dokumentasi kegiatan literasi, atau hasil penelitian guru. Meski belum banyak tersedia, hal ini menjadi refleksi penting bagi pihak sekolah untuk terus mengembangkan budaya menulis.
Visi Kepala Sekolah: Literasi Adalah Jalan Panjang Menuju Masa Depan
Kepala SMA Negeri Binino, Ibu Imelda Nenat, S.Pd., menegaskan bahwa keikutsertaan dalam lomba bukan sekadar mengejar juara. “Kami tidak menargetkan keluar sebagai pemenang. Justru kami bersyukur karena melalui penilaian ini, kami mendapatkan masukan dan motivasi untuk memperkuat fasilitas dan budaya literasi sekolah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Imelda yang merupakan lulusan FKIP Bahasa Inggris Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, berencana memberikan pelatihan menulis bagi para guru. “Ke depan kami ingin ada karya dari para guru. Tim penilai mengangkat pentingnya kontribusi warga sekolah dalam bentuk tulisan, dan kami akan menyambutnya dengan program pelatihan menulis,” kata Imelda penuh semangat.
Ia juga menyinggung program unggulan Dinas Pendidikan NTT, “Genta Belis” yang mendorong gerakan NTT Membaca dan Menulis. “Perpustakaan kami harus menjadi bagian dari gerakan ini. Literasi adalah jalan panjang yang akan membawa anak-anak Binino ke masa depan yang lebih cerah,” tambahnya.
Sekolah Asri di Tengah Pedesaan, Guru Muda yang Penuh Potensi
SMA Negeri Binino bukan sekadar sekolah di pelosok. Ia adalah simbol semangat pendidikan yang tumbuh di tengah keheningan pedesaan. Lingkungan sekolah ditata dengan penuh estetika — dihiasi bunga kuning yang bermekaran saat musim berbunga. Suasana ini menghadirkan nuansa tenang yang mengingatkan akan suasana pedesaan Eropa, meski berpijak di dataran TTU.
Yang tak kalah penting, SMA Negeri Binino dihuni oleh para guru muda yang penuh potensi. Mereka datang dari berbagai latar belakang ilmu, dengan semangat kolaboratif yang tinggi. Menurut penulis, tinggal bagaimana para guru ini difasilitasi dalam satu visi bersama kepala sekolah: menjadikan SMA Negeri Binino sebagai sekolah penghasil lulusan yang cerdas, berkarakter, dan berdaya saing di tengah tantangan global.
✍️ Oktaf M. Klau | DetikReportase.com | Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur


