BeritaKalimantan Barat

Kisah Pilu Ibu Norma: Tinggal di Rumah Rapuh, Bertahan Hidup Bersama 5 Cucu di Pontianak Barat

353
×

Kisah Pilu Ibu Norma: Tinggal di Rumah Rapuh, Bertahan Hidup Bersama 5 Cucu di Pontianak Barat

Sebarkan artikel ini

Rumah Reyot Jadi Saksi Hidup

PONTIANAK BARAT | DETIKREPORTASE.COM – Potret kemiskinan masih menyelimuti sudut-sudut Kota Pontianak. Salah satunya dialami Ibu Norma, seorang perempuan tangguh berusia lebih dari setengah abad yang kini hidup bersama lima cucunya di sebuah rumah reyot yang jauh dari kata layak huni. Lokasinya berada di Jalan Kom. Yos Sudarso, Gang Alpukat Indah Jalur V, Kecamatan Pontianak Barat. Bangunan sederhana itu berdiri seadanya, rapuh dimakan usia. Dinding terbuat dari papan tipis penuh lubang, sebagian lantainya sudah tidak rata, dan atap seng bocor di banyak titik. Saat hujan deras, air menetes deras ke dalam rumah, membasahi ruang tidur sempit tempat cucu-cucunya beristirahat. Sering kali, mereka harus memindahkan kasur seadanya agar tidak basah kuyup.

“Kalau hujan deras, kami tidak bisa tidur. Bocor dari atas, air masuk kerumah. Kami hanya bisa kumpul di sudut rumah yang agak kering,” ujar Ibu Norma lirih.

Hidup di Tengah Keterbatasan

Sudah 28 tahun lamanya Ibu Norma menghuni rumah tersebut. Namun hingga kini, ia mengaku belum pernah tersentuh bantuan sosial dari pemerintah, baik kota maupun provinsi. Bantuan yang datang hanya sebatas perhatian kecil dari pengurus RT setempat. “Saya berharap kepada pemerintah kota, pemerintah provinsi, maupun para dermawan yang mau membantu melihat kondisi rumah saya ini. Apalagi saya juga harus menghidupi cucu-cucu saya yang sudah yatim piatu,” tutur Ibu Norma dengan mata berkaca-kaca.

Untuk bertahan hidup, Norma bekerja serabutan. Kadang ia menerima pekerjaan mencuci pakaian, membantu tetangga, atau mengumpulkan barang bekas. Pendapatan yang diperoleh sangat minim, hanya cukup untuk membeli beras dan lauk sederhana. Biaya memperbaiki rumah nyaris mustahil terpenuhi.

“Yang penting anak-anak bisa sekolah dan makan. Soal rumah bocor, sudah biasa kami hadapi,” tambahnya dengan nada pasrah.

Tegar Demi Lima Cucu

Kehidupan Norma semakin berat sejak kedua orang tua cucunya meninggal dunia. Ia menjadi tulang punggung sekaligus pengganti orang tua bagi lima cucunya yang masih bersekolah. Meski usianya tidak muda lagi, Norma tetap berusaha tegar. Setiap hari ia bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan seadanya untuk cucunya, lalu berangkat mencari pekerjaan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Sementara itu, cucu-cucunya berangkat sekolah dengan pakaian sederhana.

“Kadang kami hanya makan sekali sehari. Kalau ada rejeki lebih, bisa dua kali. Saya kuat demi cucu-cucu saya, supaya mereka tetap bisa sekolah dan punya masa depan lebih baik dari saya,” katanya dengan suara bergetar.

Kondisi ini membuat banyak warga sekitar ikut prihatin. Ketua RT setempat, misalnya, menyampaikan bahwa keluarga Norma memang sangat layak mendapat perhatian dari pemerintah. “Kami sudah beberapa kali melaporkan kondisi rumah Bu Norma, semoga ada tindak lanjut. Kasihan beliau harus menghidupi lima cucu dalam keadaan serba kekurangan,” ungkapnya.

Potret Kemiskinan di Kota Pontianak

Kisah Norma bukanlah kasus tunggal. Data **Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat tahun 2024** mencatat, masih ada sekitar **360 ribu jiwa penduduk miskin di provinsi ini**, dengan konsentrasi cukup tinggi di wilayah perkotaan, termasuk Kota Pontianak. Pemerintah sebenarnya memiliki program bedah rumah melalui Kementerian PUPR maupun Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, tidak semua warga miskin tersentuh program tersebut karena keterbatasan anggaran dan birokrasi yang panjang.

Di sisi lain, peran serta masyarakat juga dibutuhkan. Beberapa lembaga sosial dan komunitas di Pontianak aktif menggalang donasi untuk membantu warga miskin, terutama anak yatim dan lansia yang hidup di rumah tak layak huni. Norma berharap suatu hari keluarganya bisa mendapat perhatian serupa.

Harapan Akan Kepedulian

Kisah pilu Ibu Norma bersama lima cucunya menjadi potret nyata bahwa masih banyak masyarakat yang membutuhkan uluran tangan. Norma berharap besar adanya kepedulian, baik dari pemerintah maupun masyarakat luas, agar keluarganya bisa menempati rumah yang lebih layak dan hidup dengan rasa aman. “Saya hanya ingin cucu-cucu saya bisa tidur tanpa takut kedinginan atau kebasahan karena atap bocor. Semoga ada yang peduli,” harapnya penuh doa.

Kondisi yang dialami Norma dan cucunya mengingatkan kita semua bahwa pembangunan bukan hanya tentang infrastruktur megah di kota, melainkan juga memastikan setiap warga memiliki tempat tinggal yang layak dan kehidupan yang bermartabat.

✍️ Slamet | detikreportase.com | Pontianak – Kalimantan Barat
DETIKREPORTASE.COM : Suara Hati Rakyat, Cermin Keadilan Sosial

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250