PELALAWAN (Detikreportase.com) : Masyarakat Kabupaten Pelalawan dibuat bingung dengan manuver politik Nasaruddin SH MH dalam pilkada Provinsi Riau.
Calon Bupati Pelalawan yang diusung oleh Partai Golkar, Gerindra, PKS, PAN, PSI, Gelora, PBB dan Partai Ummat ini malah mengarahkan dukungan ke calon Gubernur nomor urut 3 yang yang merupakan kader Partai Demokrat Muhammad Nasir, padahal dukungan Demokrat di Pilkada Pelalawan berlabuh ke tangan H Zukri Misran dan Husni Tamrin.
Jika berkaca kepada sebab musabab, kedekatan Nasaruddin dengan Nasir dapat tergambar dari kebersamaan keduanya kala mereka sama sama berjuang untuk memenangkan Prabowo Subianto di Pilpres Februari kemarin.
M Nasir ditunjukan sebagai Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo- Gibran Riau, sedangkan Nasaruddin didapuk sebagai ketua Jaringan Nasional ( Jarnas) For Gibran, kelompok atau organisasi yang berapiliasi lansung dengan Tim Koalisi Nasional ( TKN) untuk pemenangan pilpres Prabowo-Gibran.
Kepentingan Jokowi, Prabowo dan Gibran lah yang menyatukan mereka. Selebih dari itu mereka tidak punya rekam jejak kebersamaan dan satu kepentingan dalam setiap agenda politik di negeri Melayu Riau ini. pun dengan Kabupaten Pelalawan tempat Nasar dibesarkan sebagai politisi, nadi perjuangan mereka berdua tidak bertemu dalam ideologi politik praktis yang mereka jejaki. Yang sama Golkar tulen yang satu Demokrat sejati.
Kemenangan Prabowo di Pilpres kemaren tentu memantik semangat bagi Nasar untuk mendapatkan dukungan masyarakat yang saat pilpres menjatuhkan pilihannya ke Prabowo.
Sejatinya, Nasar adalah pendukung Gibran Rakabuming, anak sulung Presiden Joko Widodo yang berduet dengan Prabowo Subianto sebagai pasangan cakon wakil presiden dalam pilpres 2024.
Keberhasilan sang idola yang bakal duduk di kursi wakil presiden 20 Oktober nanti diyakininya akan berdampak kepada peningkatan elektabilitasnya di pilkada Pelalawan, seraya berharap tuah dari putra mahkota Jokowi dapat dirasa oleh pengagum setia Fufupapa di tanah Melayu yang beradab dan berbudi pekerti luhur ini.
Di tanah yang menjunjung etika dan bersopan santun dalam bertutur kata sebagai jati diri anak Melayu asli. Bukan bahasa yang digambarkan oleh Slamet dalam akun kaskusnya.
Di lain waktu, Nasar juga menunjukkan sikap yang sama saat berduet dalam kampanye Partai Golkar memenangkan Syamsuar di Kabupaten Pelalawan, Mantan Bupati Siak itu diberi karpet merah saat bertandang untuk meraih hati masyarakat yang semasa orba menjadi bagian dari daerah kekuasaan adminstrasi Kabupaten Kampar.
Kedekatan Syamsuar dan Nasar sangat wajar, selain sama sama dibesarkan partai beringin, Nasar juga berperan besar dalam memenangkan Syamsuar pada Pilgubri 2019 lalu. Ia luntang pukang memperkenalkan Syamsuar ke masyarakat Kabupaten Pelalawan kala itu.
Menilik dari kedekatan Syamsuar dan Nasar dalam ideologi politik yang sama, lantas, gerangan apa yang berlaku dari gestur dan gaya politik Nasar di beberapa Kampanye Nasir yang di ikutinya?.
Apakah hanya tersebab, kemiripan nama panggilan, yang hanya dibedakan satu huruf saja. Apakah faktor lain yang lebih besar bagi kemajuan Riau, atau mungkin saja demi kepentingan politik sesaat.
Jika kemungkinan terakhir itu benar, lantas apa artinya kehadiran Nasar di kampanye Syamsuar. Ataukah hanya sekedar lip service, atau pengkhianatan kawan lama demi ambisi politik di pilkada 2024.
Kemungkinan kemungkinan itu, Hanya Nasaruddin saja yang bisa menjawabnya, mantan PNS Pemkab Pelalawan yang sangat mengidolakan si Slamet Fufupapa harus main dua kaki demi ambisi dan motivasi politik pribadi? Entahlah….
Penulis: M. Gilang Kurniawan, Alumni Ilmu Pemerintahan UNRI.