BeritaJawa Barat

Kader Harus Cerdas, Bukan Sekadar Aktif: Pesan Viva Yoga dalam LK II HMI Jakarta Raya

343
×

Kader Harus Cerdas, Bukan Sekadar Aktif: Pesan Viva Yoga dalam LK II HMI Jakarta Raya

Sebarkan artikel ini
Bukan Sekadar Aktif: Pesan Viva Yoga dalam LK II HMI Jakarta Raya

70 Peserta dari Seluruh Indonesia Ikuti LK II di Depok

DEPOK | DETIKREPORTASE.COM – Suasana semangat dan reflektif mengiringi pelaksanaan Latihan Kader (LK) II Tingkat Nasional Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jakarta Raya yang berlangsung di BBPPMPV Depok, Jawa Barat, pada Senin, 21 Juli 2025. Kegiatan ini diikuti oleh 70 kader dari berbagai cabang, mulai dari Medan, Ambon, Bandar Lampung, Garut, Makassar, Surabaya, hingga cabang-cabang di Pulau Jawa lainnya.

Salah satu momen penting dalam pelatihan ini adalah hadirnya Wakil Menteri Transmigrasi RI, Viva Yoga Mauladi, sebagai pemateri utama. Tokoh nasional yang juga merupakan mantan Ketua HMI Cabang Denpasar dan Presidium KAHMI tiga periode ini menyampaikan pesan mendalam mengenai pentingnya membaca, memahami ideologi, dan menjalani proses kaderisasi dengan kesungguhan.

> “Berbahagialah kalian bisa ikut LK II. Di era 1990-an, yang bisa ikut jenjang ini harus pengurus cabang. Sekarang, pengurus komisariat pun punya akses. Ini menandakan HMI makin massif dalam perkaderan,” ucap Viva Yoga membuka paparannya.

Aktivis HMI Harus Jadi Motor Transformasi Sosial

Viva Yoga menekankan bahwa menjadi kader HMI bukanlah sekadar aktif organisasi, tetapi harus memiliki kepekaan dan kemampuan untuk menjadi agen perubahan sosial. Ia menyoroti fakta bahwa hanya sekitar 10 persen anak muda Indonesia yang bisa mengenyam bangku kuliah, dan dari jumlah itu, hanya kurang dari 1 persen yang aktif sebagai aktivis kampus.

> “Kalian adalah bagian dari 1 persen itu. Maka, kalian punya tanggung jawab profetik: melakukan transformasi sosial. Untuk itu, kalian harus pintar dan cerdas,” tegasnya.

Ia mengajak peserta untuk merefleksikan bagaimana waktu mereka digunakan. “Berapa jam kalian membaca dalam sehari dan berapa jam dihabiskan di media sosial? Jangan sampai medsos mengalahkan waktu belajar,” ujarnya dengan nada serius.

Menurut Viva Yoga, kecerdasan bukan sekadar diukur dari indeks prestasi atau gelar akademik, melainkan dari semangat belajar yang konsisten dan kebiasaan membaca yang melekat. Di sinilah pentingnya internalisasi nilai-nilai ideologis HMI yang tidak berhenti setelah LK II selesai, melainkan terus dibawa dalam aktivitas organisasi dan masyarakat.

Kuasai Ilmu Spesialis, Jangan Jadi Pengangguran Terdidik

Dalam paparannya, Viva Yoga juga menyoroti pentingnya penguasaan ilmu fakultatif, yaitu keahlian yang sesuai dengan disiplin akademik masing-masing. Ia mengingatkan bahwa dunia industri saat ini hanya membuka pintu bagi mereka yang memiliki keahlian khusus, bukan lulusan yang sekadar mengandalkan ijazah.

> “Kalau kuliah di Fakultas Ekonomi, maka kuasai ekonomi. Kalau di Teknik, ya harus jago teknik. Kalau tidak, kalian tak bisa masuk dunia industri. Dunia kerja butuh spesialis, bukan generalis setengah-setengah,” tegas alumni Pascasarjana MPKP Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.

Lebih jauh, ia menyatakan bahwa bekerja tidak hanya soal mencari nafkah, tapi juga menegakkan eksistensi diri. “Kalau kita tidak bisa apa-apa, maka kita akan menjadi pengangguran yang tidak berguna. Maka kuasailah satu bidang dengan serius,” tambahnya.

Namun, ia juga menekankan bahwa penguasaan spesialisasi saja tidak cukup. Kader HMI harus punya keunggulan lain: wawasan komprehensif. Artinya, meskipun kuliah di Fakultas Ekonomi, misalnya, tetap harus belajar ilmu humaniora, filsafat, agama, budaya, dan sosial.

> “Ilmu fakultatif itu pondasi. Tapi ilmu holistik adalah jembatan untuk menjadi kader yang utuh. Yang bisa berpikir sistemik, kritis, dan punya daya analisis tajam. Itu baru kader HMI sejati,” tuturnya disambut tepuk tangan peserta.

Refleksi Perkaderan HMI: Nafas Perubahan Bangsa

Mengakhiri materinya, Viva Yoga memberi penguatan kepada seluruh peserta agar tidak menjadikan pelatihan seperti LK II hanya sebagai rutinitas formalitas. Ia menegaskan bahwa keberhasilan kaderisasi bukan ditentukan saat acara berlangsung, tetapi apa yang dilakukan kader setelahnya.

> “Kalau kalian tidak melakukan apa-apa setelah LK II, maka tidak ada efek apa-apa juga. Hanya sekadar numpang nama. Tapi kalau kalian internalisasi nilai-nilainya, maka hidup kalian akan berubah,” ucapnya.

Ia kembali mengingatkan bahwa kader HMI adalah pelanjut estafet perjuangan, sekaligus agen perubahan di tengah masyarakat. HMI adalah organisasi berciri Islam, Indonesia, intelektual, pergerakan, dan terpelajar. Lima ciri ini, menurutnya, hanya bisa dihidupi jika kader serius belajar, berdiskusi, berjejaring, dan mengabdi.

Salah satu peserta, Nabila dari HMI Cabang Makassar, mengaku termotivasi dengan pemaparan Viva Yoga. “Saya jadi tersadar bahwa aktivisme itu tidak cukup dengan hadir di forum. Tapi harus dibarengi dengan penguasaan ilmu, karakter, dan kesiapan terjun ke masyarakat,” katanya.

LK II HMI Cabang Jakarta Raya ini akan berlangsung hingga akhir Juli, dengan menghadirkan berbagai pemateri nasional dari unsur akademisi, praktisi, dan alumni HMI lintas generasi. Kegiatan ini diharapkan dapat mencetak kader intelektual yang sanggup menghadapi tantangan zaman dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Islam dan keindonesiaan.

✍️ Tim | detikreportase.com | Depok – Jawa Barat
DETIKREPORTASE.COM : Kader Intelektual, Indonesia Berkualitas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250