Cuaca Dingin Merata di Indonesia, BMKG Beberkan Penyebab, dan Dampaknya
Udara Dingin Rasuki Tubuh, Warga Meriang dan Menggigil
NASIONAL | DETIKREPORTASE.COM – Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat di berbagai daerah di Indonesia mengeluhkan udara dingin yang begitu menusuk. Cuaca terasa lebih menggigil dari biasanya, bahkan di pagi dan malam hari suhu turun drastis hingga membuat banyak warga mengeluh meriang, batuk, dan flu.Fenomena ini terutama terasa di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Kalimantan. Tidak sedikit masyarakat yang terpaksa mengenakan jaket saat beraktivitas di pagi hari, sesuatu yang jarang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia.
“Udara dingin kali ini terasa beda. Biasanya pagi agak segar, tapi sekarang benar-benar menggigil. Bahkan siang hari pun tetap terasa dingin,” ujar Aisyah, warga Temanggung, Jawa Tengah, saat ditemui di pasar tradisional.
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin yang Ekstrem
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa fenomena ini terjadi akibat kombinasi beberapa faktor alam yang berlangsung bersamaan. Berikut ini penjelasan resmi dari BMKG mengenai penyebab utama cuaca dingin ekstrem saat ini:Angin Monsun Australia
Angin ini bertiup dari Benua Australia menuju Asia melalui wilayah Indonesia. Saat melintasi Samudera Hindia, angin membawa massa udara kering dan dingin karena suhu permukaan laut yang relatif rendah.
Letak Geografis Wilayah Selatan Indonesia
Daerah-daerah yang berada di selatan khatulistiwa—seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara—lebih rentan terhadap efek angin Monsun Australia. Maka tak heran jika daerah-daerah ini mengalami penurunan suhu signifikan.
Topografi dan Ketinggian Wilayah
Wilayah pegunungan atau dataran tinggi cenderung memiliki suhu lebih rendah. Udara di ketinggian juga lebih tipis dan tekanan udaranya lebih rendah, menyebabkan suhu cepat turun terutama malam dan dini hari.
Kelembaban Udara yang Rendah
Udara kering akan membuat tubuh manusia terasa lebih dingin. Rendahnya kelembaban udara membuat hawa sejuk terasa menggigit, walau suhu di alat ukur tidak menunjukkan angka ekstrem.
Fenomena Aphelion
Aphelion adalah posisi saat bumi berada pada titik terjauh dari matahari. Fenomena ini terjadi setiap bulan Juli dan berkontribusi pada menurunnya intensitas sinar matahari yang diterima bumi.
“Walau Aphelion tidak secara langsung memengaruhi cuaca secara drastis, namun ketika dikombinasikan dengan Monsun Australia dan kondisi lokal seperti topografi dan kelembaban, efeknya akan sangat terasa bagi manusia,” terang BMKG melalui rilis resminya.
Dampak pada Kesehatan: Flu, Meriang, hingga Sesak Nafas
BMKG juga memperingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang ekstrem ini. Penurunan suhu dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti:Meriang atau demam ringan
Flu dan pilek berkepanjangan
Batuk kering
Sesak napas, terutama bagi penderita asma atau gangguan pernapasan lainnya
Selain itu, suhu udara yang lebih rendah juga berpotensi menurunkan daya tahan tubuh jika tidak diimbangi dengan gaya hidup sehat.
Untuk itu, masyarakat dihimbau untuk:
Mengonsumsi makanan bergizi
Meminum air hangat secara rutin
Menggunakan pakaian hangat di pagi dan malam hari
Menghindari aktivitas luar ruangan terlalu pagi atau terlalu malam
Mengonsumsi suplemen atau vitamin untuk meningkatkan imun tubuh
BMKG: Cuaca Dingin Masih Akan Berlanjut Beberapa Hari ke Depan
BMKG memprediksi bahwa kondisi dingin ini masih akan berlangsung setidaknya hingga akhir Juli 2025. Wilayah Indonesia bagian selatan diperkirakan akan tetap mengalami cuaca cerah-berawan dengan suhu rendah di pagi dan malam hari.Namun demikian, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih bisa terjadi di beberapa wilayah lainnya seperti Sumatera bagian tengah, Sulawesi, dan Papua.
“Untuk masyarakat yang ingin memantau perkembangan cuaca harian, kami sarankan untuk selalu memperbarui informasi resmi dari situs dan kanal BMKG,” tulis BMKG dalam laman resminya.
Fenomena ini bukan yang pertama terjadi di Indonesia. Hampir setiap pertengahan tahun, suhu udara memang cenderung menurun akibat angin musim dingin dari belahan selatan bumi. Namun kombinasi kondisi atmosfer dan geografi tahun ini membuat dampaknya lebih terasa dari biasanya.
✍️ Andi Rosha | detikreportase.com | Jakarta – Indonesia
DETIKREPORTASE.COM : Cuaca Ekstrem Bukan Hal Biasa, Waspada dan Jaga Daya Tahan Tubuh
.


