SIKKA | DETIKREPORTASE.COM
Sorak sorai dan tepuk tangan bergemuruh menggema di Aula Lepo Tagang Paulus Jansen, Susteran ALMA Wairklau Maumere. Seorang anak perempuan tampil dengan penuh percaya diri, memainkan keyboard sambil melantunkan lagu daerah “Epang Gawan” dalam bahasa Sikka. Suaranya merdu, penampilannya memesona. Dialah Yohana Afrilyona Chelsiana Mbitu, atau akrab disapa Chelsi.
Yang membuat publik tersentuh, Chelsi adalah peserta didik kelas VI SLB Bhakti Luhur Maumere yang menyandang autisme. Namun keterbatasan itu tak sedikit pun menghalangi Chelsi untuk bersinar di panggung Gelar Karya Expo dan Pentas Seni SLB Bhakti Luhur pada Sabtu (21/6/2025).
“Saya Hobi Menyanyi dan Main Keyboard”
Chelsi tampil sederhana namun memukau. Jemarinya lincah di atas keyboard, suaranya mengalun dengan penuh perasaan. Penampilannya sukses membuat mata para hadirin berkaca-kaca, mulai dari orang tua, pengawas, pastor, frater dari Biara Camilian, hingga perwakilan Fakultas Kesehatan UNIPA Maumere.
“Hobi saya menyanyi dan bermain keyboard,” ucap Chelsi singkat, namun penuh makna.
Chelsi berasal dari Kampung Feondari, dan telah menunjukkan bahwa autisme bukanlah tembok, melainkan jendela bagi dunia untuk melihat bakat yang luar biasa.
Dari Tarian Hingga Fashion Show, Anak-anak SLB Tampil Total
Acara Gelar Karya tak hanya menyajikan penampilan Chelsi. Anak-anak SLB Bhakti Luhur lainnya juga menunjukkan talenta luar biasa: dari pantomim, puisi, tarian kreasi Manggarai, hingga fashion show. Semuanya tampil dengan semangat dan kepercayaan diri yang luar biasa.
Ketua Panitia Maria Dara Sintani, S.Ag., mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi ruang bagi peserta didik untuk menunjukkan hasil kerja nyata mereka sepanjang tahun.
“Tujuan dari Gelar Karya P5 dan Pentas Seni adalah untuk menunjukkan inovasi karya anak-anak dan menggali kreativitas mereka. Ini ajang memperkuat bakat mereka,” ungkapnya.
Gelar Karya: Panggung Evaluasi dan Harapan
Suster Yosefina Luruk, ALMA, yang memandu acara sebagai MC, mengajak para orang tua dan tamu untuk mengunjungi stand-stand pameran yang menampilkan karya P5 bertema Kearifan Lokal, Gaya Hidup Berkelanjutan, dan Keterampilan Anak. Makanan hasil karya siswa juga dijual dengan harga terjangkau.
“Ini bagian dari pendidikan karakter dan keterampilan hidup. Mohon dukungannya,” ujarnya penuh semangat.
Pengawas SLB: Evaluasi Adalah Kunci Kemajuan
Pengawas SLB, Muryati, S.Pd., yang hadir membuka acara mengatakan bahwa pentas seni ini bukan hanya ajang pamer karya, melainkan juga momentum evaluasi bagi guru dan sekolah.
“Orang tua diharapkan memberi umpan balik. Tanpa masukan dari luar, sekolah sulit mengukur sejauh mana capaian yang telah diraih,” tegasnya. Ia pun berpamitan secara emosional karena akan memasuki masa pensiun pada Agustus mendatang.
Suster Gardiana: Jangan Pernah Bilang Anak Tak Bisa
Kepala SLB Bhakti Luhur, Suster Gardiana Karya, S.Pd., M.Pd., memberikan pesan mendalam kepada seluruh orang tua yang hadir.
“Kita harus kolaboratif. Jangan pernah bilang anak tidak bisa. Mereka itu istimewa. Yang mereka butuhkan adalah dorongan dan pengakuan,” ucapnya tegas.
Suster yang akrab disapa Suster Corrie itu mengajak semua pihak untuk membangun kepercayaan diri anak-anak, karena satu pujian dari orang tua bisa menumbuhkan semangat bertahun-tahun.
Chelsi dan Anak-anak Lainnya adalah Lentera Kecil di Tengah Kegelapan Stigma
Kisah Chelsi bukan sekadar penampilan seni, melainkan pesan keras pada stigma. Bahwa setiap anak, apapun kondisinya, memiliki potensi untuk bersinar. Mereka bukan beban, melainkan berkat—jika dunia mau membuka hati untuk melihat lebih dekat.
Hari itu, Chelsi telah membuktikan: suara merdu dan senyuman tulusnya mampu menghipnotis siapa saja. Bukan karena kasihan, tapi karena kagum.


