Sikka, Detikreportase.com|
Di Desa Wisata Lewomada, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat surga tersembunyi yang memanjakan mata. Pantai Hi’a menawarkan hamparan pasir putih sepanjang 500 meter yang berkilauan di bawah sinar matahari, memberikan kesan eksotis dan tak terlupakan bagi para pengunjung.
Keindahan Alam yang Menawan
Pantai Hi’a tidak hanya mempesona dengan pasir putihnya yang lembut, tetapi juga dengan panorama alam yang luar biasa. Saat matahari terbit, langit perlahan berubah menjadi semburat jingga yang indah, menciptakan pemandangan sunrise yang memukau. Di sore hari, ketika matahari mulai tenggelam, warna keemasan menghiasi cakrawala, menjadikan sunset di pantai ini sebagai momen yang sangat dinantikan.
Di sepanjang bibir pantai, terdapat deretan lopo-lopo (gazebo) yang memberikan tempat bersantai bagi pengunjung. Dari sini, mereka dapat menikmati pemandangan laut luas dengan Pulau Babi dan Pulau Pangabatang di kejauhan, menambah kesan magis yang sulit ditemukan di tempat lain.
Laut Jernih dan Terumbu Karang yang Terjaga
Keistimewaan lain dari Pantai Hi’a adalah kejernihan air lautnya. Hampir tidak ada sampah yang mencemari pantai ini, membuat pengalaman berenang menjadi lebih menyenangkan. Para pengunjung bisa dengan jelas melihat dasar laut, bahkan dari permukaan.
Bagi pecinta snorkeling dan diving, Pantai Hi’a menawarkan terumbu karang yang cantik hasil rehabilitasi yang dilakukan oleh pemuda desa setempat dengan dana desa. Terumbu karang ini kini kembali hidup, menjadi rumah bagi berbagai biota laut yang berwarna-warni.
“Kami sangat bangga dengan upaya pemuda di desa ini yang telah bekerja keras menanam kembali terumbu karang yang sempat rusak. Kini, laut di sekitar Pantai Hi’a semakin indah dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” ujar Kepala Desa Lewomada, Dominikus Pondeng.
Sejarah Unik Pantai Hi’a
Selain keindahan alamnya, Pantai Hi’a juga memiliki sejarah yang menarik. Menurut Dominikus Pondeng, nama “Hi’a” berasal dari bahasa Muhang yang berarti “garam”.
“Pada zaman masuknya Portugis ke Flores, pesisir Pantai Hi’a dihuni oleh orang-orang Bugis atau Buton yang datang dan menetap di wilayah ini. Mereka membangun kampung yang disebut Busung Bugis, dengan pekerjaan utama sebagai pembuat garam,” jelas Dominikus.
Namun, seiring berjalannya waktu, orang Bugis mulai menguasai wilayah tersebut. Masyarakat setempat kemudian bermusyawarah dan memutuskan untuk merebut kembali tanah leluhur mereka.
“Akhirnya, terjadilah pertempuran antara warga lokal dan orang Bugis. Warga setempat berhasil mengalahkan mereka, dan orang Bugis meninggalkan wilayah ini. Sejak saat itu, Pantai Hi’a kembali menjadi milik masyarakat lokal,” tambahnya.
Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi
Pantai Hi’a adalah destinasi wisata yang sempurna bagi mereka yang ingin menikmati keindahan alam yang masih alami dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Dengan pasir putih yang bersih, laut yang jernih, serta sejarah yang unik, pantai ini menjadi tempat yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyimpan kisah berharga.
Bagi wisatawan yang mencari ketenangan, petualangan bawah laut, atau sekadar menikmati pemandangan yang luar biasa, Pantai Hi’a adalah pilihan yang tak boleh dilewatkan.(Yuven Fernandez, red)


