SIKKA,DETIKREPORTASE.COM –
Pemandangan haru sekaligus penuh kebanggaan terjadi usai Upacara Hari Pendidikan Nasional 2025 di Maumere, Kabupaten Sikka. Bupati Sikka Juventus Prima Yoris Kago dan sang istri, Ny. Fiesta Sambuari, menghampiri stand pameran karya anak-anak luar biasa dari SLB Bhakti Luhur Maumere. Tak sekadar mengunjungi, mereka juga membeli salah satu karya unggulan: lampu hias dari tongkol jagung hasil kreativitas siswa SLB.
Reaksi emosional pun datang dari Kepala SLB, Suster Corrie, ALMA, yang tak mampu menahan rasa syukurnya.
“Saya bahagia sekali atas kunjungan Bapak Bupati dan Ibu. Ini bentuk penghargaan luar biasa untuk anak-anak kami. Semoga masyarakat juga ikut tergerak membeli dan menghargai karya mereka,” ujarnya sambil tersenyum haru.
SLB Bhakti Luhur bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang harapan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk membuktikan diri bahwa mereka juga bisa mandiri dan berdaya saing.
SLB Swasta Butuh Perhatian, Bukan Sekadar Pujian
Dalam kesempatan itu pula, Suster Corrie menyampaikan harapan kepada Pemerintah Kabupaten Sikka. Ia menyoroti keterbatasan tenaga pengajar dan tenaga kependidikan di SLB Bhakti Luhur, khususnya karena banyak guru honorer provinsi ditempatkan hanya di SLB Negeri Beru.
“Kami juga sangat membutuhkan guru dan tenaga kebersihan. Kalau semua yang lulus hanya ditempatkan di sekolah negeri, bagaimana dengan kami di SLB swasta? Apakah tidak bisa ada kebijakan khusus?” keluhnya, menyuarakan keresahan yang selama ini terpendam.
Ia menegaskan bahwa SLB Swasta memiliki potensi besar, asalkan diberikan kesempatan yang sama dan dukungan nyata dari pemerintah, baik berupa tenaga pendidik maupun program peningkatan keterampilan peserta didik.
Tidak dapat dimungkiri, sistem pendidikan inklusif yang sesungguhnya menuntut kehadiran negara pada setiap level—termasuk lembaga swasta yang sudah berkontribusi besar tanpa banyak sorotan.
Karya Anak SLB: Unik, Bernilai Seni, dan Penuh Cinta
Apa saja karya yang dipamerkan anak-anak SLB Bhakti Luhur? Jangan anggap remeh! Mereka mampu menyulap tongkol jagung, pelepah pisang, bambu, hingga akar kayu tua menjadi lampu hias, pigura cantik, tempat pensil, hingga kotak tisu yang estetik. Selain karya seni, juga ada produk kuliner seperti lekun, kembang goyang, dan es buah hasil kreasi mandiri mereka.
Menurut guru prakarya, Fransiskus Saver Badar, mengajar di SLB bukan pekerjaan mudah.
“Anak-anak ini istimewa. Untuk mengajarkan satu kerajinan saja, butuh kesabaran berlipat. Tapi ketika kita lihat mereka dengan hati, hasilnya akan luar biasa,” ungkap Frans.
Kerja keras dan ketulusan para guru tak lepas dari hasil karya luar biasa yang kini bisa dinikmati oleh siapa pun. Kehadiran Bupati dan istri sebagai pembeli perdana di pameran ini menjadi bukti bahwa hasil karya anak SLB tidak bisa dianggap remeh.
Bukan hanya soal membeli produk. Ini tentang mengangkat martabat dan potensi anak-anak berkebutuhan khusus yang selama ini kerap luput dari perhatian. Sudah saatnya kita sebagai masyarakat memberi tempat dan dukungan yang layak bagi mereka.
Karena dari tangan-tangan kecil itulah, lahir harapan besar untuk masa depan bangsa.
✍️ Yuven Fernandez| detikreportase.com | Sikka – Nusa Tenggara Timur


