BeritaNusa Tenggara Timur

37 Tahun Sanggar Budaya Bliran Sina: Menjaga Kesejukan dan Kearifan Lokal di Watublapi

271
×

37 Tahun Sanggar Budaya Bliran Sina: Menjaga Kesejukan dan Kearifan Lokal di Watublapi

Sebarkan artikel ini
37 tahun sanggar budaya blirian Sina dalam menjaga kesejukan dan kearifan lokal di watublapi

Sikka, DetikReportase.com-

Di tengah derasnya arus modernisasi, Sanggar Budaya Bliran Sina tetap berdiri kokoh sebagai benteng pelestarian budaya di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Berlokasi di Dusun Watublapi, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, sanggar ini telah berusia 37 tahun sejak didirikan pada tahun 1988. Fokus utama mereka adalah menjaga dan mengembangkan tenun ikat tradisional serta tarian budaya, menjadikannya salah satu ikon budaya yang dikenal baik di tingkat nasional maupun internasional.

Nama Bliran Sina sendiri memiliki makna mendalam. Bliran berarti sejuk atau segar, sementara Sina berarti Cina. Nama ini mencerminkan suasana di Watublapi yang asri dan sejuk, menyerupai keindahan alam di Negeri Cina.

Fokus pada Tradisi Asli: Tenun Ikat dan Tari Hegong

Ketua Sanggar Budaya Bliran Sina, Yosef Gervasius, menjelaskan bahwa saat ini sanggar semakin memperdalam fokus pada elemen-elemen tradisional yang unik, baik dalam tarian, tenun ikat, maupun gaya hidup masyarakat setempat.

“Untuk tarian, kami lebih menitikberatkan pada gerak Hegong, yang sangat asli dan khas. Gerakan ini lebih mengandalkan kaki, pinggul, dan tangan, dengan diiringi alunan musik tradisional Gong Waning,” ujar Yosef kepada DetikReportase.com, Senin (24/3/2025).

Setiap penari di Sanggar Bliran Sina mengenakan kostum yang ditenun sendiri serta aksesori khas budaya setempat. Lebih dari sekadar hiburan, setiap tarian yang ditampilkan juga mengandung filosofi mendalam yang selalu dijelaskan kepada wisatawan.

“Kami ingin wisatawan yang datang tidak hanya menikmati keindahan tariannya, tetapi juga memahami makna di balik setiap gerakan, kostum, dan aksesori yang dikenakan para penari,” lanjutnya.

Mengembangkan Ekonomi Melalui Seni dan Budaya

Selain sebagai wadah pelestarian budaya, Sanggar Bliran Sina juga menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat lokal. Wisatawan yang datang tidak hanya menikmati pertunjukan tari, tetapi juga diperkenalkan dengan produk tenun ikat tradisional, yang menjadi salah satu produk unggulan masyarakat Watublapi.

“Kami melihat peluang di mana seni dan budaya bisa menjadi bagian dari pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain menikmati pertunjukan, wisatawan juga bisa membeli sarung dan kain tenun hasil karya masyarakat. Ini membantu meningkatkan pendapatan warga,” jelas Yosef.

Melalui pendekatan ini, Sanggar Bliran Sina tidak hanya menjadi pusat kebudayaan tetapi juga menjadi bagian dari ekosistem ekonomi kreatif yang memberdayakan masyarakat secara langsung.

Regenerasi Budaya: Mempersiapkan Generasi Penerus

Sadar akan pentingnya regenerasi, sanggar ini menerapkan sistem pengkaderan yang ketat. Dari 35 anggota sanggar saat ini, setiap anggota diwajibkan untuk melibatkan anak-anak mereka dalam berbagai kegiatan sanggar. Dengan cara ini, nilai-nilai budaya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.

“Kami membagi anggota dalam tiga generasi, masing-masing memiliki kostum yang berbeda. Ada generasi muda, generasi menengah, dan generasi tua, semuanya dengan karakteristik pakaian yang khas,” terang Yosef.

Manajemen Terbuka: Kunci Keberlangsungan Sanggar

Keberlangsungan Sanggar Bliran Sina selama lebih dari tiga dekade tidak lepas dari sistem manajemen yang terbuka dan transparan. Yosef menegaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh sanggar selalu diawali dengan pertemuan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi menyeluruh.

“Setiap program atau kegiatan, sekecil apa pun, selalu kami bahas bersama anggota terlebih dahulu. Begitu juga setelah kegiatan selesai, kami melakukan evaluasi. Itulah kunci sukses kami bertahan hingga saat ini,” ujar Yosef.

Selain sistem manajemen yang baik, sanggar ini juga berpegang teguh pada visi dan misi yang jelas.

Visi:

Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang tetap menghargai dan mendukung kelestarian nilai-nilai sosial dan seni budaya lokal sebagai aset nasional.

Misi:

Menggali, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai sosial, seni budaya, dan lingkungan hidup.

Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan produk seni tradisional.

Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan hidup masyarakat dengan tetap mempertahankan kearifan lokal, nilai sosial budaya, dan lingkungan hidup.

Eksistensi di Tingkat Nasional dan Internasional

Keunikan dan keaslian Sanggar Bliran Sina menjadikannya sebagai salah satu ikon budaya dari Nusa Tenggara Timur yang telah tampil dalam berbagai even nasional maupun internasional. Nama Bliran Sina telah dikenal luas, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke Watublapi untuk menyaksikan keindahan budaya yang masih terjaga dengan baik.

“Dengan 37 tahun eksistensi, kami akan terus menjaga nilai-nilai tradisional yang sudah menjadi identitas kami. Budaya adalah warisan yang harus terus dijaga dan diteruskan kepada generasi mendatang,” pungkas Yosef.

Keberadaan Sanggar Budaya Bliran Sina menjadi bukti nyata bahwa budaya lokal dapat bertahan dan berkembang di tengah era modern, sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Dengan manajemen yang baik, regenerasi yang terstruktur, dan fokus pada pelestarian budaya, sanggar ini terus memberikan warna bagi dunia seni danbudaya Indonesia.

(Yuven Fernandez, DetikReportase.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250