BeritaNusa Tenggara Timur

23 Bides dan Perawat Ikut Pelatihan Mental Health Psychosocial Support (MHPSS) atau Dukungan Psikososial bagi Kesehatan Jiwa

372
×

23 Bides dan Perawat Ikut Pelatihan Mental Health Psychosocial Support (MHPSS) atau Dukungan Psikososial bagi Kesehatan Jiwa

Sebarkan artikel ini

SIKKA,DETIKREPORTASE.COM

– Sebanyak 23 bidan dan perawat mengikuti Pelatihan Mental Health Psychosocial Support (MHPSS) atau Dukungan Psikososial bagi Kesehatan Jiwa yang diselenggarakan di Aula Puskopdit Swadaya Utama, Maumere, Kabupaten Sikka, pada tanggal 29–30 April 2025. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya pemulihan kesehatan jiwa di tingkat masyarakat akar rumput, khususnya di desa-desa dampingan proyek BERSAHAJA.

Pelatihan ini diselenggarakan oleh Yayasan PAPHA, yang tergabung dalam konsorsium bersama Yayasan JPM Kupang dan Yayasan AYO Manggarai, serta didukung sepenuhnya oleh CBM International dan Australian Aid melalui Proyek BERSAHAJA (Bersama untuk Flores yang Sehat Jiwa). Proyek ini menitikberatkan pada penguatan sistem kesehatan jiwa yang inklusif di Nusa Tenggara Timur, dengan menekankan keterlibatan komunitas dan pendekatan yang berbasis hak asasi manusia.

Peran Strategis Tenaga Kesehatan Desa

Para peserta dalam pelatihan ini merupakan tenaga kesehatan dari tingkat desa dan puskesmas, yakni 23 orang yang terdiri atas bidan desa dan perawat dari 10 desa/kelurahan serta dari lima Puskesmas dampingan Yayasan PAPHA, yaitu Puskesmas Nelle, Kopeta, Beru, Waipare, dan Kewapante.

Pelatihan dibuka oleh Titon N. Nau, selaku Project Officer Proyek BERSAHAJA, yang mewakili Direktur Yayasan PAPHA. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh tentang kesehatan jiwa di kalangan tenaga kesehatan desa yang selama ini menjadi garda terdepan dalam pelayanan masyarakat.

“Kami berharap kegiatan ini bukan sekadar pelatihan formal, tetapi benar-benar menjadi wadah penyegaran sekaligus penguatan bagi para tenaga kesehatan desa agar mampu mendampingi masyarakat secara lebih manusiawi dan berkeadilan, terutama saudara-saudara kita yang mengalami disabilitas psikososial,” ujar Titon.

Fasilitator utama pelatihan adalah dua dosen dan psikolog dari Program Studi Psikologi Universitas Nusa Nipa (UNIPA), yakni Epifania Margareta Ladapase, M.Psi., Psikolog dan Maria Nona Nancy, M.Psi., yang sudah lama berkecimpung dalam pengembangan intervensi psikologis berbasis komunitas. Hadir pula narasumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, yaitu Ibu Venti, yang memberikan materi seputar kebijakan dan prosedur pelayanan kesehatan jiwa di tingkat layanan primer.

Tingkatkan Dukungan bagi ODDP di Tingkat Desa

Pelatihan ini menitikberatkan pada tiga tujuan utama, yakni:

1. Merefresh pemahaman peserta tentang kesehatan jiwa dan pentingnya pendekatan yang empatik dan holistik terhadap Orang dengan Disabilitas Psikososial (ODDP).

2. Memberikan pengetahuan tentang bentuk-bentuk dukungan psikososial, termasuk teknik terapi non-farmakologi seperti relaksasi, terapi seni, konseling singkat, dan dukungan kelompok sebaya.

3. Meningkatkan keterampilan praktis peserta dalam mendeteksi, mendampingi, dan merujuk ODDP secara tepat, termasuk melalui sinergi dengan kader kesehatan dan tokoh masyarakat.

Titon menambahkan bahwa setelah pelatihan ini, para bidan dan perawat desa diharapkan mampu menjalankan peran promotif melalui kegiatan seperti Posyandu Jiwa dan kampanye kesadaran kesehatan mental. Sementara dalam aspek preventif, mereka diharapkan dapat melakukan skrining awal terhadap ibu hamil, menyusui, remaja, maupun orang tua, guna mendeteksi gejala awal gangguan jiwa.

“Upaya kuratif juga perlu dilakukan, baik melalui terapi farmakologi yang bekerja sama dengan dokter, maupun melalui pendekatan non-farmakologi yang telah dibekali selama pelatihan. Selain itu, sistem rujukan ke fasilitas kesehatan harus diperkuat agar tidak ada ODDP yang tertinggal dalam layanan,” tegas Titon.

Menjawab Tantangan Kesehatan Jiwa di NTT

Nusa Tenggara Timur, termasuk Kabupaten Sikka, masih menghadapi tantangan besar dalam pelayanan kesehatan jiwa. Terbatasnya tenaga spesialis, stigma sosial, serta minimnya fasilitas layanan membuat ODDP kerap kali terabaikan bahkan dikucilkan.

Dengan pelatihan ini, Yayasan PAPHA berharap agar tenaga kesehatan desa tidak hanya menjadi penyampai obat, tetapi juga sahabat yang mampu mendengar, memahami, dan mendampingi warganya dengan sepenuh hati. Pelatihan ini juga memperkuat integrasi layanan kesehatan jiwa ke dalam sistem kesehatan primer, yang selama ini masih bersifat terpisah atau sporadis.

“Kesehatan jiwa bukan hanya urusan rumah sakit jiwa. Ini urusan kita bersama. Dan pelatihan seperti ini adalah langkah kecil yang berdampak besar,” ujar Maria Nona Nancy dalam sesi refleksi akhir pelatihan.

✍️ Detikreportase.com | Sikka, Nusa Tenggara Timur

DETIKREPORTASE.COM: Mengabarkan Kesehatan Jiwa, Menyuarakan Harapan Desa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250Example 728x250